Jangan lupa vote and comment, yaa!
Happy reading❤
* * *
Matahari tampak malu-malu menampakkan dirinya. Tapi tidak urung cahaya nya semakin merebak. Pertanda sudah waktu nya memulai pagi yang indah.
Sementara di sebuah ruangan berdominasi abu-abu tua terlihat seorang lelaki meringkuk dibalik selimut. Suram sekali. Sedangkan sang pemilik ruangan ini hanya menatap datar pada layar ponselnya. Tidak ada niatan untuk bangun dari tidurannya. Ia hanya fokus pada layar ponsel.
Ketukan pintu menggema. Membuyarkan fokus sang pemilik ruangan. Akan tetapi ia tetap tidak beranjak sedikit pun. Mengalihkan atensi nya pun tidak. Ia asyik dengan dunianya saat ini.
Gagang pintu terbuka, menampilkan seorang wanita paruh baya yang terlihat sangat anggun dan keibuan. Wanita yang akrab di panggil dengan bunda Bia itu berjalan mendekati ranjang. Lalu duduk di tepian, seraya mengelus surai hitam legam sang pemilik ruangan.
Ruangan yang lebih tepatnya disebut kamar ini tidak berisikan cahaya yang cukup. Hanya samar-samar. Bahkan gorden pun tidak dibuka dan membiarkan sinar mentari masuk.
"Masih memikirkannya, hm?" suara itu terdengar menenangkan.
"Bunda tau jawabannya." ujarnya serak.
Terlihat tidak sopan memang tapi saat ini ia tidak peduli akan hal itu.
Bunda Bia menghela nafas. Rautnya terlihat lelah jika harus mengulang hal ini lagi. Yaa benar. Ia lelah menghadapi sifat keras kepala sang anak. Mirip sekali dengan sang suami.Ternyata benar. Buah jatuh tak jauh dari pohon nya.
"Dengarlah Yoga, apapun kehendak mu tetap kamu membutuhkan kami. Jangan memaksakan kehendak diri sendiri. Jangan egois. Kau tahu itu bukan hal yang baik. Dengarlah perkataan bunda ini juga demi kebaikan mu."
"Tidak ada orang tua yang ingin anaknya menderita Yoga. Semua orang tua ingin yang terbaik untuk anaknya. Begitu juga bunda, ini yang terbaik buat kamu." bunda Bia berusaha memberikan pengertian.
Nihil! Tidak ada respon sama sekali dari sang anak. Ia menatap pemuda di hadapannya dengan wajah sendu. Sedih dengan keadaan yang tidak memungkinkan.
Tanpa mengatakan apapun lagi sang ibunda keluar dari kamar. Membiarkan pemuda itu larut dengan pemikiran nya.
"Aku tidak bisa bunda." lirihnya di sertai kekehan kecil.
🌻
Sudah terhitung lima hari hubungan antara Yoga dan Aini merenggang. Tidak ada alasan yang jelas, mereka bahkan seperti orang asing. Jarak mereka sekarang tercetak cukup jelas.
Bahkan rumor sudah beredar. Memberitakan hal yang macam-macam tentang hubungan keduanya.
Ini membuat pemilik nama Aini Lovrianka itu gelisah. Ingin sekali memberitahukan pada orang-orang itu agar tidak terlalu ikut campur urusan pribadi hidupnya.
Biarlah itu menjadi privasi dirinya dan Yoga. Kenapa mereka yang jadi repot mengurusi masalah nya?Memikirkan nya saja membuat Aini lelah. Ia ingin rumor itu segera berakhir, dan hidup dengan tenang seperti biasa. Jarang disorot dan tidak menjadi pusat perhatian.
Sekali lagi Aini menghela nafas, ia berjalan pelan menyusuri koridor utama menuju kelas nya.
Koridor kali ini terasa agak sepi, dibandingkan biasa nya. Hanya beberapa murid yang berlalu lalang. Padahal bel akan berbunyi sekitar 20 menit lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
P A N A C E A (O N G O I N G)
Teen FictionBagaimana jika seorang protagonis mendadak berubah menjadi antagonis? Ini sebuah kisah seorang gadis dengan percintaan yang awalnya berjalan mulus. Semua itu menjadi sebuah petaka ketika hubungan mereka menerima kehadiran sosok perempuan tanpa terdu...