5

58 4 0
                                    

—————
.
.
.

Pernyataan itu seperti petir di siang bolong. Mereka semua tercengang. Apa yang baru saja lelaki itu katakan? Sadarkah dirinya jika ia baru saja membuat sebuah pernyataan yang cukup mengejutkan?

"Apa maksudmu?" suara Aini tercekat nyaris tidak terdengar.

"Bedebah kau !" Suara Nana melengking.

Gadis itu baru saja berteriak dengan keras. Sementara Yoga menatap mereka dengan malas. Malas meladeni hama.

"Kenapa? Apa pernyataanku kurang jelas?" tanya Yoga masih dengan ekspresinya yang datar dan dingin.

"Kau jangan jadi lelaki pecundang sialan! Berani sekali kau!" peringat Nana.

"Aku peringatkan untukmu jangan pernah ikut campur urusanku!" balas Yoga.

"Aku punya alasan yang cukup untuk ikut campur! Jika itu berhubungan dengan Ay, aku tidak akan tinggal diam!"

"Jangan bodoh! Apa kau tidak ingat apa yang baru saja dia lakukan padamu?" kali ini gadis disebelah Yoga yang menyahut.

"Sebaiknya kau diam jika tidak tahu apa-apa. Ya, ku-akui jika kau sangat cantik, tapi sayangnya cantik yang kau miliki berkualitas rendahan. Sukanya merebut milik orang. "

"Oh sial, aku jadi merasa jijik jika harus menghirup udara yang sama dengan perempuan sepertimu!"

Gadis itu mengepalkan tangan nya. Geram dengan perkataan Nana yang merendahkan harga diri nya.

"Diam kau, bangsat!" Bentak Yoga.

Ia tidak terima ketika mendengar Nana berbicara seperti itu pada kekasih nya, Naura.

"Wah, ternyata kau lebih brengsek dari dugaanku, ya. Hahah. Tapi kalian terlihat sangat cocok. Yang satunya murah yang satu nya bajingan. Bukankah mereka terlihat serasi?" Ujar Nana memprovokasi keadaan.

Emosi Yoga terpancing mendengar lontaran sarkas Nana. Ia bergerak maju mendekati Nana hendak memberikan pelajaran pada gadis yang berani menghina kekasihnya.

Plakk.

Satu tamparan berhasil mendarat di sebuah pipi. Ah, itu pasti menyakitkan.

Gila!

Itu pasti sangat sakit!

"Ay?" Nana syok, suaranya bahkan terbata-bata.

Tidak. Bukan Nana yang menerima tamparan itu. Melainkan sahabatnya Aini Lovrianka.

Yoga menatap telapak tangannya tidak percaya apa yang telah ia lakukan. Ia sedikit mundur kebelakang. Apa yang terjadi? Apa baru saja ia telah menampar, Aini?

"Bajingan sialan!" teriak Nana emosi.

Bugh.

"YOGAA!" teriak Naura.

Satu pukulan berhasil mendarat di rahang lelaki itu. Nana kehilangan kendali. Gadis itu tersulut emosi melihat kejadian barusan. Ia merasa puas dapat memukul wajah angkuh lelaki yang tengah meringis itu.

"Kau manusia paling hina yang pernah kutemui dalam hidupku. Selain brengsek kau juga banci, ya?"

"Seharusnya memang dari dulu aku menentang Aini pacaran dengan lelaki tidak tahu sepertimu!"

"Sungguh! Kau tidak pantas bahagia. Sampai kapan pun aku tidak akan membiarkan kau bahagia! Walaupun itu sedetik tidak akan pernah!"

Dada Nana kembang kempis. Gadis itu berteriak cukup keras. Sementara Yoga tertegun. Tidak menggubris ocehan Nana otaknya mendadak kosong.

P A N A C E A (O N  G O I N G)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang