20

34 6 0
                                    

.

.

Jadilah, manusia yang tahu diri dan tidak kurang ajar untuk menjadi pembaca yang tak ber-etika. Mari saling menghormati dengan memberikan Vote dan comment.

Sudah?

Terima kasih telah menjadi manusia ber-etika!

.

.

Info penting!!!
PANACEA akan update setiap hari guys!

So, nantikan setiap hari!

Happy reading

"Jadi, kau sudah memutuskan nya?" tanya seorang lelaki paruh baya dengan jas kedokteran yang menambah kesan wibawanya. Meski sudah paruh baya tidak menampik dirinya masih saja seperti umur 27-an. Ia tengah memandang intens seorang pasien perempuan paruh baya didepannya ini.

"Ya, sudah kuputuskan," ucapnya sedikit ragu.

"Kurasa ada hal yang cukup mengganggu, apa kau sudah yakin?" ia menelisik perempuan dihadapan nya ini dengan cermat. Ia kemudian menggangguk berusaha meyakinkan dokter nya.

"Ya, aku yakin akan hal itu. Tidak perlu khawatir, aku sudah mempertimbangkan hal ini dengan matang," ujarnya lugas. Sang dokter menghela nafas, mendengar jawaban pasien nya yang terlihat yakin.

"Ini ambillah," ia menyodorkan sebuah map bewarna putih bening, berisikan berkas penting pada pasien nya.

"Kembalilah kesini minggu depan, dan kita akan mulai melakukan hal itu."

"Hah? Secepat itu?" tanyanya sedikit terkejut.

"Ya, apa kau ragu?"

"T..tidak aku tidak ragu, hanya saja sedikit tidak percaya jika harus secepat itu," ujarnya sedikit menghela nafas.

"Lebih cepat lebih baik,"

"Yaa, kau benar. Terima kasih banyak Dika!" ucapnya tulus. Ia hanya menggangguk kecil, menerima rasa terima kasih itu.

Terjadi keheningan diantara keduanya, entahlah rasanya canggung saja ketika diam seperti ini. Apalagi dokter didepan nya ini memandang nya secara intens.

"Bagaimana keadaannya? Apakah dia sudah membaik, Lucil?" perempuan yang dipanggil dengan nama Lucil itu tidak menyangka jika mendapat pertanyaan seperti itu. Raut wajahnya tiba-tiba berubah menjadi sendu.

"Dia tidak ingin aku mencampuri urusannya, dia ingin aku bersikap seperti terakhir kalinya. Aku ibu yang buruk bukan?" ia terkekeh miris.

"Jika saja aku tidak memaksa nya waktu itu, tentu hal menjijikkan ini tidak akan terjadi. Karna aku dia menderita, bahkan mungkin sangat membenci ku," ujarnya.

"Kau berbicara apa, Ecil?" tanya nya dengan nada yang tidak senang.

"Kau tak bisa menyalahkan dirimu atas semua kejadian ini. Ini memang sudah jalannya, dan berhenti menyalahkan dirimu sendiri. Beri dia waktu, kau tau itu tidak mudah baginya. Bersabarlah sedikit, kau harus bertahan demi dia. Apa kau mengerti?"

P A N A C E A (O N  G O I N G)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang