52. Perempuan yang Beruntung ☠

17.8K 785 588
                                    

Valerie baru saja turun dari pesawat setelah menempuh perjalanan 895 km dalam waktu 1 jam 50 menit. Cewek itu menghirup napas dalam lalu melebarkan senyuman. Nah, ini nih ... udara Jakarta yang ia rindukan. Walaupun tidak sesegar udara di Singapura, tapi tetap saja Valerie rindu.

Valerie kemudian menyalakan ponsel seraya berjalan ke tempat pengambilan bagasi. Dalam perjalanan yang panjang itu, Valerie mencoba menghubungi Alucard, tapi tidak kunjung diangkat.

"Kak Alu, gimana, sih?" Rasanya sedikit kesal, karena Alucard telah berjanji untuk datang menjemputnya. Sekarang malah tidak bisa dihubungi sama sekali.

Valerie masih berusaha menghubungi Alucard hingga lima kali, tapi masih tidak diangkat. Whatsapp Alucard terakhir online juga beberapa jam lalu.

Alucard ke mana?

Entah kenapa tiba-tiba perasaan Valerie jadi tidak enak. Pasalnya, Alucard tiidak pernah menghilang seperti itu, bahkan saat LDR cowok itu selalu ada untuk Valerie tiap dihubungi.

Di saat Valerie masih bertanya-tanya bingung, telepon dari Ugo masuk. Valerie segera mengangkatnya.

"Hallo, Pa?"

"Hallo, udah sampai?"

"Udah, Pa."

"Pesen taksi ke RS. Ada kornea mata yang mau didonorin ke kamu."

☠☠☠

Kepergian Cao sepertinya masih belum cukup bagi anggota Muerte. Alucard dan Nevan juga dikabarkan mengalami kecelakaan saat menuju rumah sakit.

Kedua orang itu baru saja masuk ke dalam ruangan UGD untuk melakukan pertolongan.

Sementara Kayla dan Dave dengan bantuan orangtua, mengurusi jenazah Cao, anggota tersisa menunggu di luar tanpa ada ucapan satupun. Keadaan terlalu suram sampai mereka tidak dapat berkata-kata selain menangis, berdoa dan saling menguatkan.

Lampu ruangan UGD milik Nevan kini redup. Coca dan Cola berbondong mengerumuni dokter yang baru saja keluar.

"Gimana keadaan teman Cola, Dok?"

"Ada sedikit benturan di kepala pasien, tapi tidak terlalu parah. Pasien saat ini sudah siumam dan akan dipindahkan ke ruang pemantauan. Jika dalam dua hari tidak ada masalah, pasien boleh keluar dari rumah sakit," jelas sang dokter membuat mereka semua bernapas lega.

Sang dokter pun berjalan pergi, disusul dengan brankar Nevan yang didorong keluar oleh suster dari ruang IGD ke ruang pemantauan. Mereka semua mengikuti dari belakang.

"NEVAN!" Cola segera memeluk Nevan erat. Cewek itu lalu segera mengadu. "Cao ... Cao ... udah ninggalin kita selamanya."

Nevan membekap mulutnya. Matanya berkaca-kaca. "Jadi, bukan prank?" tanya Nevan masih berharap itu semua hanya sebuah lelucon.

"Beneran, Van. Cao udah ninggalin kita semua," balas Coca dengan wajah penuh penyesalan.

"Di mana mayatnya?! Gue mau ketemu! Dia belum boleh jadi mayat sebelum longkahin mayat gue!" Nevan menyibak selimutnya mau turun. Cowok itu tak kalah dekat dengan Cao. Apalagi akhir-akhir ini, mereka sudah sepakat menjadi kakak adik angkat.

ALUCARDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang