8. Pemaksaan ☠

53.7K 7.7K 3K
                                    

Halo, Cardes ☠

Yeyy akhirnya aku kembali lagi dengan part 8.

Kalau lupa alur, tolong baca ulang part sebelumnya ya. Part ini masih berkaitan dengan part 7.

Absen pakai nama makanan kesukaan kalian 👐

Sebulum mulai baca, spam emot
'☠' sebanyak-banyaknya.

Spam emot '❤' yang banyak.

Jangan lupa tekan tombol bintangnya sebelum mulai baca

Udah semua?

Siap ramaikan part ini?

Siap menjelajahi dunia Alucard?

Kalau udah siap, here we goooo, Cardes 🔥

Kalau udah siap, here we goooo, Cardes 🔥

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Masih di hari yang sama.

Setelah mengantar Valerie pulang ke rumah, Alucard kembali ke apartemennya.

Alucard langsung melakukan ritual pembersihan diri begitu tiba. Butuh waktu sekitar 10 menit hingga akhirnya ia selesai mandi.

Alucard berjalan keluar dari kamar mandi dengan kondisi bertelanjang dada dan hanya berbalut handuk di bagian bawah.

Rambut Alucard basah setelah keramas. Cowok itu mengusap-usap rambutnya di atas sofa dengan tangan kiri. Sementara tangan kanannya memainkan ponsel.

"Hm?" Alucard berekspresi datar. Tidak ada yang menarik dari aplikasi chat-nya. Palingan beberapa chat dari Nevan, dan kawan-kawan.

Usai memainkan ponsel, Alucard  menaruh benda pipih itu ke atas meja. Kedua tangannya kini mengusap rambutnya hingga kering.

Drrt.

Alucard langsung mengangkat telepon itu. Cowok itu mengulumkan senyuman singkat dari ekspresi yang semula datar. Ya ... siapa lagi yang mampu membuat seorang Alucard tersenyum jika bukan Valerie?

"Kak!" panggil Valerie heboh begitu telepon terangkat. "Astogeeee! Gue lupa. Tadi steak ayamnya berapa? Gue mau bayar."

Alucard pikir untuk apa Valerie telepon. Ternyata hanya karena bayaran steak ayam? Aish, sedikit kecewa rasanya.

"Kak? Jangan diam aja dong." Suara Valerie kembali terdengar.

ALUCARDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang