Bonus Chapter 2

15.9K 933 161
                                    

🄷🄰🄿🄿🅈 🅁🄴🄰🄳🄸🄽🄶!

Renjun berdiri cemas di depan pintu UGD tangis nya masih belum berhenti. Jika benar terjadi sesuatu pada putri nya Renjun tidak akan memaafkan dirinya sendiri.

Guanlin sendiri tengah memeluk A-Jun yang juga masih menangis, sejak sampai di rumah sakit anak tampan itu tidak mau lepas dari sang ayah. Bocah tampan itu masih takut dan panik, sendirian dengan adik nya yang pingsan mungkin membuat nya sedikit trauma, di tambah dinginnya angin malam. Anak mana yang tidak akan trauma di usia sebelia itu?

Pintu ruangan UGD terbuka, dokter keluar di ikuti seorang suster. Renjun dan Guanlin langsung mendekat.

"Dok, bagaimana keadaan putri saya?" tanya Renjun.

"Pasien terlalu lama di kedinginan mungkin itu yang menyebabkan ia sesak nafas, paru-paru nya yang memang memiliki kecacatan dari lahir memperparah keadaan nya. Ketakutan psikis yang di alami pasien juga dapat memicu panic attack, untung nya jantung nya kuat jadi tidak terkena serangan jantung" jelas dokter.

Pliss gue ngarang.

Renjun merasakan nafas nya tercekat, bagaimana jika ia terlambat tadi? Bagaimana jika ia tertidur sampai pagi? Bagaimana keadaan anak anak nya?.

"Pasien akan menjalani rawat inap selama beberapa hari untuk meninjau perkembangan pernafasan nya juga kerja jantung nya. Di takutkan ada komplikasi lain. "

"Terima kasih dok" ucap Guanlin mewakili Renjun karena omega itu masih terdiam syok.

"Saya permisi dulu"

Renjun meremat tangannya kuat, anaknya akan berada di rumah sakit lagi? dan lagi lagi karena ulah nya?. A-Jian membenci rumah sakit.... bagaimana ia membujuk anak cantik itu jika begini?. A-Jun juga pasti tidak akan suka jika mengetahui adik nya harus tinggal di rumah sakit lagi.

Renjun masuk ke dalam di ikuti Guanlin, di ranjang sana ada A-Jian yang tertidur dengan bantuan alat pernafasan. Renjun memejamkan matanya erat, bayang bayang dulu putri nya berada di inkubator dengan banyak alat menempel di tubuh nya membuat nya trauma sendiri. Tubuh sekecil dan selemah itu tapi setiap hari selalu di suntik dan di masuki obat obat yang entah Renjun tak tahu nama dan fungsi nya.

"Tuhan apa salah putri ku hiks ..... dia terlalu kecil.... A-Jian maafkan mama sayang....."

Renjun jatuh terduduk bertumpu pada lutut nya dan menangis sembari mengenggam jari mungil A-Jian.

"Sakit ya nak..... maaf hiks ini salah mama....." Renjun menyentuh tangan A-Jian yang tertancap selang infus.

"Mama..... A-Jian sakit lagi? kenapa adek A-Jun di tusuk jarum lagi mama? A-Jun gak akan sendirian lagi kan ma?"

Suara ketakutan dan khawatir dari si sulung semakin menyakiti hati Renjun, ia memeluk A-Jun. Sekali lagi meminta maaf karena lalai menjaga mereka.

"Tuhan.... aku adalah putra Prince dan Princess Omega, adik ku adalah Queen Omega, nasib mereka amat sangat baik. Tapi kenapa aku berbeda? kenapa putri ku yang tak bersalah harus ikut merasakan takdir buruk ku?. Kesalahan apa yang telah ku perbuat di masa lalu Tuhan?. Tak bisakah aku memiliki kekuatan seperti Ibu dan adik ku? Aku ingin menyembuhkan putri ku juga. Kenapa tuhan, kenapa?"

Renjun menjerit kepada Tuhan di dalam hatinya, terlalu lelah dengan segala cobaan yang ia Terima. Ia tidak masalah jika hanya melibatkan dirinya, tapi jangan kedua anaknya. Mereka tidak tahu apapun.

Grep

Guanlin dapat merasakan perasaan sakit dan putus asa Renjun, mereka terikat takdir jika kalian lupa, tentu saling merasakan.

"Guanlin kenapa takdir ku seperti ini? Tak cukup kah dengan kita tidak bisa bersama? kenapa A-Jian harus ikut menerima?? Kenapa Tuhan jahat Alin? A-Jian ku terlalu kecil untuk ini hiks"

"Renjun..... sayang jangan seperti ini!! Tuhan punya rencana terbaik untuk mu, untuk kita"

"Kapan? Kapan alin?? Aku selalu percaya itu dan menunggu tapi apa?? Tidak ada perubahan yang berarti hiks "

Guanlin tak menjawab lagi, ia eratkan pelukan nya pada Renjun dan A-Jun. Segala pertanyaan yang sedari ia ingin utarakan tetap ia pendam walaupun rasa penasaran nya amat tinggi.

"Sshh....alin...." Renjun mencengkram lengan Guanlin ketika ia merasa heat nya kembali lagi, di susul wangi Pheromone Renjun yang langsung memenuhi ruangan.

"Mama kenapa?" bingung A-Jun.

Guanlin terkejut ketika Renjun langsung memeluk dan mengendus leher nya. Masih ada A-Jun dan ini di rumah sakit, bagaimana ini?. Sementara Renjun sudah tidak bisa mengontrol dirinya.

"A-Jun, tetap di kamar A-Jian ya? jangan keluar!! mengerti?"

"Mengerti papa, tapi apa A-Jun sendirian?"

Guanlin mengangguk. "Papa.... harus pergi sebentar bersama mama"

"Tidak akan meninggalkan A-Jun kan?"

Takut. Itu yang saat ini A-Jun rasakan. Guanlin mengelus kepala anak laki-laki copyan dirinya itu sembari tersenyum kecil.

"Akan ada suster yang akan menemani A-Jun menjaga A-Jian, jangan takut!"

A-Jun mengangguk pelan. Guanlin lalu menggendong Renjun keluar dari UGD. Hotel menjadi tujuan utama Guanlin sekarang.

****

Guanlin datang kembali ke rumah sakit pukul 2 pagi setelah kegiatan nya dan Renjun selesai. Omega manis nya itu juga tengah tertidur kelelahan.

Tangannya membuka dengan pelan pintu UGD, ia melihat A-Jun tertidur di kursi dengan posisi tidak nyaman. Ada seorang suster yang berjaga di samping nya.

"Tuan Lai"

"Anda bisa meninggalkan ruangan ini" suruh Guanlin.

Suster itu membungkuk singkat kemudian pergi dari bilik A-Jian. A-Jian baru akan di pindahkan ke ruang rawat ketika pagi menjelang atau ketika suhu dan pernafasan A-Jian sudah lebih membaik.

Guanlin mengelus kepala A-Jun dan A-Jian, ucapan Renjun tadi benar benar membuat hati dan pikiran nya tidak karuan.

"Saat itu aku hamil, aku tidak memberitahu mu karena memang tidak bisa. Saat anak anak lahir, A-Jian mengalami kecacatan yg membuat nya harus berada di rumah sakit hampir 3 tahun dan bolak balik rumah sakit sakitar 2 tahun. Alin.... A-Jian sudah mendapatkan banyak suntikan bahkan saat umur nya belum genap seminggu... dia gadis yang kuat bukan?"

"Ya, A-Jian gadis yang kuat, kau ibu yang hebat, dan A-Jun kakak terbaik"

Guanlin mencium kening putra putri nya dengan air mata yang mengalir. Meminta maaf dalam hati melalui ciuman kening itu.

"Papa...." suara lirih itu mengejutkan Guanlin.

"Apa papa membangunkan A-Jun?" yang di tanya menggeleng pelan.

Guanlin membawa A-Jun ke dalam pelukan nya, A-Jun sendiri menyamankan diri dengan meletakkan kepalanya di bahu sang ayah.

"Jangan tinggalin Mama, A-Jian sama A-Jun lagi...." pinta kecil.

"Heum, papa selalu di samping kalian"

Sekali lagi Guanlin mencium kening dan rambut A-Jun. Bertahun-tahun ia kira ia telah kehilangan Renjun nya, namun takdir mempertemukan mereka kembali dan bahkan bersama anak anak nya yang cantik dan tampan.













TBC.

HEII INI DI LUAR SKENARIO ANJ. HARUSNYA UDAH NYAMPE SINI DOANG TAPI KOK KAYAKNYA KURANG?.

Satu chapter lagi deh fiks, abis itu udah.

"𝓢𝓪𝔂𝓪𝓷𝓰 𝓲𝓴𝓱𝓵𝓪𝓼 𝔂𝓪? 𝓳𝓪𝓷𝓰𝓪𝓷 𝓴𝓪𝔂𝓪𝓴 𝓰𝓲𝓷𝓲"

HAYOLOH KENA SPOILER ahahaha ikhlas apa tuh? Siapa yg ngomong? Wkwk🤣🤣.

Komen dikit gak update aku.

King and Queen [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang