Bab 22.

1.9K 284 88
                                    

Mendengar keributan tadi, art juga tukang kebun rumah Seojoon datang. Bantu memisahkan kedua orang itu, yang justru membuat Jungkook kian marah di buatnya.

"Diem!" Bentak laki-laki itu, saat pekerja Seojoon hendak melerai.

"Jangan ikut campur! Ini urusan gua sama bos lu." Tegas laki-laki itu lagi.

Adul dan wanita paruh baya tersebut tampak sedikit khawatir. Takut jika ada pertumpahan darah, dia hanya tidak ingin Jungkook melampaui batasannya.

"Pak tolong jangan buat ribut, nanti saya panggil Pak RT kemari." Ucap Adul.

"Panggil! Sekalian polisi panggil! Orang gila kaya bos lu, harusnya dari dulu gua penjarain."

Seojoon memberi isyarat, kedua pekerja rumah tangga tadi pergi dan kembali meninggalkan Jungkook berdua saja di sana.

Menarik kerah baju Seojoon, Jungkook hendak memukul sebelum lengannya terhenti. Menendang meja yang ada, kini Jungkook duduk dengan menahan emosi.

"Kita kan bisa bicarain ini, kenapa harus pukul-pukulan sih?" Tanya Seojoon, yang merapihkan pakaiannya.

"Kalo lu emang punya niat baik, bukan gitu caranya bang! Dengan lu kasih foto gua sama Michael ke Taehyung, cuma bikin dia salah paham! Itu yang lu sebut baik-baik?"

"Loh, gua kan cuma jawab rasa penasaran Taehyung soal ibunya Zoel aja. Salahnya dimana?"

"Lu cuma mau kasih tau siapa ibunya Zoel aja, gitu?"

"Iya, gua rasa Taehyung juga bertanya-tanya soal itu kan?"

Jungkook mengangguk kesal, itu maunya? Lalu kenapa tidak Seojoon katakan juga siapa ayah dari putranya itu. Tidak kah seharusnya Seojoon menceritakan semua secara detail pada Taehyung, jika memang dia ingin membongkarnya terang-terangan?

"Harusnya lu bilang juga sama Taehyung, kalo Bapaknya Zoel itu lu! Bilang sama dia kalo Michael itu sahabat kita, yang hamil gara-gara lu tidurin. Terus gamau tanggung jawab, sampe Michael hampir bunuh anaknya sendiri."

"Jungkook, come on itu kan masa lalu?"

Bruk!

"Kalo emang masa lalu, harusnya lu ga ungkit itu di depan pacar gua!" Jawab Jungkook, dengan menggebrak meja yang ada di halaman belakang rumah Seojoon.

"Dimana lu pas Michael mau lahiran? Kenapa lu tidurin dia, kalo sekiranya lu gamau tanggung jawab? BANGSAT!"

Pekik Jungkook kesal, berteriak kini di depan wajah Seojoon.

*Time to story.

Persahabatan yang terdiri dari empat orang itu terjalin sejak mereka berkuliah. Seojoon, Seokjin, Namjoon, Michael dan tentu saja Jungkook. Keempatnya amat dekat, dan sudah seperti keluarga sendiri.

Pepatah mengatakan, persahabatan perempuan dan lelaki tidak akan bisa lepas dari perasaan. Itu benar!

Michael begitu mencintai sahabatnya yang bernama Seojoon. Effort yang dia berikan tidak main-main, jika dibandingkan dengan wanita lain yang juga mendekati sahabatnya itu.

Jungkook dan yang lain tahu, tahu betul jika Michael menyimpan rasa yang teramat besar pada Seojoon. Sebagai seorang teman, Jungkook dan yang lain sudah coba mengingatkan, agar Michael mencari laki-laki lain yang lebih baik dari Seojoon.

Mereka sudah lama berteman, tentu saja saling tahu satu sama lain keburukan masing-masing. Itulah alasan Jungkook tidak terlalu setuju, jika Michael menyukai kawannya sendiri. Selama itu pula, rupanya laki-laki ini sama sekali tidak menyimpan rasa atau berniat membalas perasaan Michael.

Favorite Lecturer Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang