Bab 27

140 17 4
                                    

Kami benar-benar berusaha dan memanfaatkan hari-hari terakhir kami di Paris dengan sebaik-baiknya. Soni memenuhi janjinya untuk membawaku ke tempat-tempat yang belum kami kunjungi sebelumnya. Disneyland salah satunya. Disana kami berfoto bersama dengan para karakter Disney yang terkenal, seperti Mickey, Minnie, Donald, Chip and Dale, Beauty and The Beast juga Ariel, The Little Mermaid. Kami juga sempat melihat parade karakter Disney dan mencoba berbagai permainan seru, seperti Jet Coaster (Sumpah ngeri banget ama yang satu ini! Aku teriak kenceng dan mencengkeram lengan Soni begitu kerasnya hingga menibulkan handprint di lengan putihnya!), Tornado, Komidi Putar (yang ditertawakan oleh Soni!) dan lain-lainnya.

Soni juga membawaku ikut Tour di Seine Cruise River, dan kali ini dalam keadaan sadar dan terang benderang. Tur yang pertama tidak begitu ku ingat karena mabuk. Jadi dia menebusnya kali ini dengan membawaku dalam keadaan sadar. Sial!!

Saat hampir melewati jembatan Alexander III, Soni mengatakan orang-orang percaya kalau kita berdoa di bawahnya, doa kita akan terkabul. Jadi jelas saja, saja aku cepat-cepat memejamkan mata begitu kami lewat dibawahnya.

Aku hanya menjulurkan lidah saat Soni bertanya doa apa yang aku panjatkan. Dia sendiri membalasnya dengan melakukan yang sama saat aku bertanya apa yang dia doakan.

Kami juga mengunjungi Notredame yang megah dan menawan. Membeli beberapa oleh-oleh untuk Wina and the gank. Taruhan, mereka pasti suka dengan berbagai souvenir yang kami beli. T-shirt gaul, hiasan-hiasan kecil dan juga beberapa pernak-pernik khas cewek yang lucu. Dan bisa aku jamin mereka tidak akan menemukannya di Indonesia. Made in France! Selesai mendapatkan oleh-oleh untuk mereka, Soni mangajakku masu ke sebuah toko jam tangan besar.

Sepertinya toko ini bukan toko sembarangan, pikirku. Selain tempatnya yang mewah, barang-barang yang di display juga jelas bukan barang murahan atau palsu. Ada satu rak khusus yang menarik perhatianku karena dislay-nya yang begitu mewah dan catchy. Rak display berlapis plexy glass dengan tulisan Rolex. Salah satu merk jam tangan terkenal yang aku tahu harganya selangit.

Aku tak bisa menahan decakan kagumku melihat beberapa produk yang diapajng. Ada sebuah jam tangan silver yang tertangkap mataku. Jam tangan berbentuk persegi dengan bingkai berhias batu permata putih. Tampak begitu mewah dan berkelas, namun toh masih mewakili energi muda yang sporty dan casual.

Ugh!! Pengeeeennnn!! Batinku ngiler. Aku tahu harganya gila-gilaan. Mau minta sampe mampus juga Bunda gak bakalan mungkin beliin aku jam tangan beginian. Coba ada yang kasih begituan tanggal 2 ntar, batinku lagi.

Wina pernah mengolok-olokku karena tanggal ulang tahunku yang jatuh sehari setelah tahun baru. Dia bilang aku anak telat sehari. Kalau saja ultahku jatuh tanggal 1, orang-orang sedunia pasti ikutan merayakan. Kira-kira apa reaksi Wina ya kalo gue minta hadiah ultah jam tangan Rolex gini? Pikirku geli. Yang pasti dia bakal nyap-nyap. Aku masih ingat waktu Wina ultah kemarin. Aku ngasih dia sandal jepit warna pink yang harganya cuma 10 ribu.

Meski menerima dengan senyum, Wina nyindir halus, "Kenapa lo gak beliin gue jepit rambut pink juga jeung? Ada tuh yang harganya cuma lima rebu. Kan bisa matching," katanya waktu itu.

Aku sih cuma nyengir membalasnya dan dengan jujur mengatakan kalau waktu itu aku lagi krisis. Wina tahu dan mengerti.

Aku asyik ngelamun tanpa melepas pandanganku dari display jam Rolex sampai akhirnya Soni memanggil dan melangkah mendekatiku.

"Sampai segitunya liat jam. Gak denger berapa kali aku manggil?" gerutunya sedikit sewot.

"Eh? Apa?!" tanyaku, tak mengerti maksudnya.

"Jadi bener-bener gak denger pertanyaanku tadi?"

Aku yengir, "Maap. Tadi aku ngelamun. Inget pas ulang tahun kemaren."

THE MEMOIRS (a gay chronicle)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang