13. eksistensi Pramesta

1.1K 67 5
                                    

 

  Pagi buta kali ini Fee bangun lebih awal, bukan untuk pergi bekerja, tapi berjalan-jalan sendiri, mengelilingi Rumah besar Pram. Matanya terpejam damai, menghirup udara segar dari taman di sisi utara Tempat ini. Ia melangkah pelan,menyisir bunga-bunga yang makin beragam sejak Dua tahun lalu. Salah satu tanaman kesukaan Fee dulu, adalah mawar. Tak pelak mawar merah, putih, macam-macam mawar ia tanam , sayang kini hanya tersisa mawar merah, yang lain diganti dengan tanaman bougenvile.

  Tak jauh dari nya berada terdapat Gazebo, entah kenapa memori Fee liar berkelana, Tempat ini, sering jadi Korban ke mesuman Pram. ah Fee jadi malu sendiri, membayangkan masa indah mereka dulu. semua hampir tidak berubah sama sekali, bahkan di kamar pribadi mereka dulu, foto-foto pernikahan mereka masih sama ditempat nya.

Entah kenapa terlalu bahagia begini, fee rasanya ingin menangis.

  "Semua masih sama, Enggak ada yang aku hilangkan, kecuali mawar-mawar kesukaan kamu dulu, itu aku enggak tau kenapa setelah kepergian kamu, semua bunga-bunga disini layu , dan akhirnya mati." Suara serak Pram membuat Fee menoleh, rupanya pria itu sudah bangun, Fee mengulas senyum kepada sosok tampan diseberang sana yang hanya mengenakan celana training, tanpa baju sama sekali, kebiasaan Pram bila dirumah, Fee jadi cemburu kepada lisa, Perempuan itu pasti senang melihat pemandangan hot seperti ini.

  Pram mendekat , duduk disebelah Feeana "sepertinya mereka ikut sedih kehilangan kamu Ann, Pak no berkali-kali coba tanam kembali bunga yang sama, tapi cuma mawar merah itu yang hidup."

  Tidak ada yang berkomentar , Fee dan Pram sibuk berpelukan, keduanya hanyut dalam pikiran masing-masing, sesekali Pram mencium rambut Fee yang wangi , meskipun belum mandi sama sekali.

  "Ann.."

  "Hmm."

  "Ayo kita percepat pernikahan kita, aku enggak mau kita begini-begini aja." Celetuk Pram, kali ini ia tidak ingin Feeanna berubah pikiran, yang pada akhirnya perempuan itu memilih menghilang.

  Fee tidak buru-buru menjawab, Perempuan itu mendongakkan kepala, sementara jemarinya menyentuh sisi wajah tampan Pram.

"Gimana dengan mama, mama kamu, juga Lisa. Kamu masih punya Urusan yang belum selesai, aku enggak mau nantinya ketika sudah menikah, ini malah menghambat hubungan kita." Fee Benar, Pram tidak bisa buru-buru melangkah sementara dibelakang ia meninggalkan urusan yang belum terselesaikan.

Tentang mama ririn yang belum bisa menerimanya, mama Yuri ibu kandung Pram, sampai kini belum bisa memaafkan kesalahan pria itu, karena skandal perselingkuhan dulu. Terakhir Lisa, Belum sempat terucap kata perpisahan dengan Baik, Tentu Pram ingin menyudahi pengharapan Lisa selama ini.

   "Rencananya aku pengen ketemu Lisa hari ini, boleh?." Tanya Pram meminta ijin terlebih dulu pada Feeana, untuk menjaga perasaan dan kepercayaan Perempuan itu.

  Fee tersenyum hangat , hingga maniknya menyipit "kenapa pake ijin segala, itu kan hak kamu mau ketemu siapa, aku enggak bakal melarang kok Pram."

"No Ann, ini penting untuk sebuah hubungan, kamu perlu tau apa aktivitas aku diluar, aku enggak mau kesalahan yang dulu terulang lagi, bahkan kamu berhak melarang kalau kamu rasa kamu Enggak suka tindakan ku." Ujar Pram serius, fee hanya mampu mengangguk.

  "Btw, Kamu kok sendirian kesini, En mana?, Masih tidur?." Asyik menikmati waktu berduaan, Feeanna sampai lupa keberadaan Putra mereka, seharusnya bocah itu sudah bangun di jam seperti ini, namun semalam En tidur larut malam.

  "Mungkin udah bangun, Tadi aku tinggal dia masih pulas banget, kebo kayak mamanya." Sudut bibir Pram terangkat setelah berhasil menggoda feeanna.

  "Enak aja, kamu tuh yang Kebo, paling susah bangun, tukang ngorok.." fee sengaja mengabsen pram dengan kejelekan yang ia buat-buat. Padahal Semua itu kebalikan dirinya sendiri. Feeanna yang cepat tertidur, Feeanna yang sulit sekali dibangunkan.

Marry Me Again [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang