17. lenggang puspita

1K 60 10
                                    


  Menuju detik-detik pelaminan, Di kediaman Wiguna sejak pagi-pagi buta orang-orang sudah sibuk menyiapkan diri. Tak terkecuali Feeanna yang sejak semalam menginap dirumah ini, emosinya terbuai saat melihat sang anak yang tidak mau lepas dari gendongan, En tiba-tiba manja begini. Sedangkan Acara perkawinan bella beberapa jam lagi akan di mulai, dan wajah fee belum sama sekali terpoles makeup apapun.

   Fee jadi bingung sendiri, pram pun tidak kelihatan batang hidungnya sejak bangun tidur. Fee benar-benar tidak bisa bergerak, jangan kan untuk make up, mandi saja ia harus membujuk En dengan extra. Fee menghela nafasnya lelah, baru beberapa hari sembuh dari sakit, ikut menyiapkan sedikit-sedikit pernikahan Bella, plus mengurusi En yang akhir-akhir ini Rewel sekali.

  Masih dengan Posisi memeluk tubuh Fee, wanita itu kembali membujuk En agar mau mandi bersama susternya, sementara ia juga menyiapkan diri.

  "Dek En mandi dulu yuk sama sus, sebentar lagi kita kan mau pergi ke acara nya Aunty ." Ajak fee dengan nada lembutnya , sembari mengelus pelan rambut coklat En. Mengenai panggilan Adek, bocah itu sendiri yang meminta kemarin-kemarin, iri katanya saat mendengar kerabat Pram, yang mendapat panggilan demikian.

  "Sama mama.." jawab En suaranya kecil, tapi Fee hampir meledak emosinya. Harap maklum , hari pertama haid. Sebagai ibu-ibu yang bisa dibilang baru, Fee tidak punya pengalaman menghadapi balita rungsing macam En begini, semuanya harus mama, sejak tadi ia cuma mau mama, Fee bergerak sedikit, bocah itu menjerit ingin ikut.

  "Sus tolong cari bapaknya, enggak bisa kaya gini terus."

"Iya bu." Suster En pun segera beranjak menuruti perintah sang majikan.

Tak lama kemudian Pram datang, dengan kemeja putih yang telah ia kenakan. Bagus sekali, dia sudah leha-leha diluar sana, sedangkan fee terkurung tak bisa kemana-mana. Fee mencebik penampilan pram, wajahnya kusut, segera saja pram mendekati keduanya.

  "Kenapa nak?." Tanya Pram, duduk disebelah Fee dan en yang tengah sibuk memeluk mamanya.

  "Anak kamu nih dari tadi enggak mau mandi, maunya gelendotan kayak gini, aku sampe enggak bisa ngapa-ngapain loh, bahkan mandi pun aku harus buru-buru." Fee bercerita dengan nada kesalnya, paham lah bagaimana syndrome perempuan Haid, semua serba salah. Meski bukan watak Fee untuk kesal masalah sepele begini.

Pram mencebik pelan "kalau yang jelek-jelek pasti bilangnya anak aku." Tak ayal Feeanna langsung memutar kepalanya ke samping, menatap pram garang, Ia salah bicara.

  "Enggak terima kamu?, apa perlu aku ingatkan lagi kelakuan kamu dulu waktu aku hamil en!." Mendadak suasana jadi tegang, begitu lah wanita mau masalah sekecil apapun, mereka akan mudah ingat dan mengungkit, nasib buruk jika kamu pria sampai menentangnya. Ingat poin penting, perempuan itu tidak pernah salah.

  "Iya sayang, maaf anak aku bikin kamu kesal hari ini" Manis memang kedengarannya, tapi tetap saja fee masih belum terima melihat Pram yang sudah tampan begini, sedangkan dirinya masih kusut.

  Sementara itu, tak ingin membuat Fee makin kesal, Pram akhirnya membujuk si anak untuk mandi bersamanya, meski sulit, En keras hendak dimandikan oleh Feeanna.

  "Dek En mandi sama papa ya nak?."

"Mau sama mama." Tolak Endraw, putra semata wayangnya ini benar-benar menuruni sifat keras kepala Fee.

  "Dek en dengerin papa, Adek pilih mana mandi sama mama tapi setelah itu kita pulang kerumah atau adek ikut papa ke kamar mandi, terus kita berangkat ke pestanya Aunty."

  Endraw melepaskan pelukan nya, lalu beralih memeluk Pram "sama papa." Putusnya, pilihan yang tepat sekali.

  Pram membawa En kedalam gendongannya, setelah menggulung kemeja putih itu.

Marry Me Again [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang