Langkah lebar pram, menyusuri tiap lorong rumah sakit, dengan jantung berdebar. Bukan sedang jatuh cinta, melainkan khawatir pada keadaan Fee. Kira-kira hampir satu jam yang lalu ia diberi kabar oleh Ussy mengenai kondisi Feeanna nya harus dilarikan ke rumah sakit. Lagi-lagi ia terjatuh dalam ketakutan yang sama, Pertama ketika En sakit beberapa waktu lalu, serta hari ini, Fee yang harus mengalami juga.
Sampai di unit Gawat darurat, pram tak tinggal diam, mencecar Si sekretaris. Perempuan Dua puluh Lima tahun itu, akhirnya menceritakan dari awal ketika Fee meminta Kopi, sampai dimana ia menemukan Feeanna tergeletak lemah.
"Tapi sehabis saya antar kopi saya sempat dengar Bu Fee lari , terus Enggak lama ada suara orang muntah, maaf pak pramesta saya enggak tau kalau setelah itu bu Fee akan sakit begini."jelas ussy merasa bersalah sekali, bagaimanapun Fee itu orang nya sangat menjungjung kesehatan, bagaimana kalau ternyata karena mengonsumsi kopi buatannya , Fee jadi sakit begini.
"Anna muntah-muntah?." Ussy mengangguk kecil, lalu menjaga jarak dari Pram. Perasaan nya menjadi tak enak, saat lelaki itu meremat rambutnya frustasi.
Sementara Pram berdiri gelisah, resah hatinya. Pikiran pun mulai kacau-balau, menduga-duga, Pram tidak sanggup kalau apa yang di benaknya kini benar kenyataan.
"Tolol Lo Pram, mama Ririn aja belum bisa nerima lo, sekarang lo bikin masalah baru!." Batin pram berteriak lantang.
Selama menunggu dokter memeriksa keadaan Fee, pram sama sekali tidak bisa tenang. Sibuk berjalan mondar-mandir, memeriksa detik arloji , serta berfikir mencari jalan pintas. Karena tidak mungkin dia akan diam-diam saja jika Benar Terjadi sesuatu Pada Fee.
Beberapa menit kemudian , seorang dokter keluar dari ruangan Didepannya ini. Dokter perempuan itu, memandangi pram dengan intens.
"Bapak keluarga dari pasien di dalam?." Tanya perempuan dengan snelli putih itu. Pram segera mengangguk, mengiyakan. Lalu lelaki itu dibawa ke ruangan sang dokter.
"Istri nya ya pak?." Perempuan berhijab itu sekedar basa-basi, sembari mengecek kembali hasil pemeriksaan medis milik Feeanna.
"Iya Dok." Balas Pram, rautnya kentara sekali hampir tidak relax seperti biasanya. Kusut , tapi tetap tampan. Sampai-sampai beberapa suster sempat terpesona melihat ketampanan Pram.
"Menurut hasil diagnosis disini, Istri bapak mengidap asam lambung ya pak , penyebabnya mungkin karena pola makan yang kacau, atau penyebab lain seperti cemas, juga stress berlebihan. " Jelas bu dokter.
"Asam lambung Dok, Istri saya bukan Hamil?." Tanya Pram ingin memastikan sekali lagi, apakah pendengarannya berfungsi dengan baik. Dokter menggeleng pelan, lalu segera memaparkan gejala mual yang Feeanna alami murni karena asam lambungnya naik, sedangkan mual pada hamil di indikasikan oleh faktor hormonal.
Begitu saja sudut hatinya berubah lega, meski sedikit . Apa yang Pram khawatir kan tidak kejadian. Lelaki itu kembali mendengar pemaparan dari dokter, walaupun tidak parah, tapi asam lambung yang menjangkit Fee, bisa berbahaya jika tidak segera ditangani. Selain itu Fee juga harus menjalani Rawat inap, memahami kondisinya yang melemah, sebab telah terkuras energi selama ia muntah tadi.
Pram keluar menuju Ruang UGD, di tempat Fee berada, perempuan itu sebentar lagi akan di pindahkan ke Ruang inap. Sampai di dalam sana, Pram mendapati Feeanna dengan tiang infus di sisinya, tengah terbaring Lemah diatas brankar. Manik cokelat itu terbuka, tepat ketika Pram berdiri menatapnya teduh.
Fee tersenyum ke arah Pram "hai.." sapanya lemah, hampir tidak terdengar sama sekali. Pram membungkukkan badan, dan mengecup kening Fee lembut, seolah menyalurkan kekuatan untuk Feeanna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marry Me Again [Tamat]
FanfictionFeeana membenci pernikahan, semenjak lelaki yang ia cintai mengobrak-abrik kebahagiaan pernikahan mereka. Lelaki itu adalah mantan suaminya , Pramesta . pria yang sama sekali tidak ingin ia temui lagi. Namun disisi lain ada Endraw ,anak semata waya...