Bentala Dikala Senja

3.6K 171 4
                                    


  "Besok papa mau pergi keluar negeri, en mau nitip oleh-oleh apa?" Ucap pram sembari berjongkok didepan anak semata wayangnya yang kini berusia 3 tahun. Semenjak perceraian keduanya, hak asuh En jatuh ditangan Papanya. Meskipun saat itu, ibu kandung En sekuat tenaga melawan, Uang lebih memihak kepada Tuannya. Dan semenjak saat itu pula, En tidak pernah bertemu mamanya sama sekali.

   "en mau mama " ucap Pria kecil itu dengan mata berair, meski sekeras apapun Pram menyembunyikan Putranya, Darah Feeana mengalir deras di tubuh End

    "Gimana kalau Transformers, en kan pernah bilang ke papa, kalau en pengen beli tranformers." Bujuk Pram sembari mengelus pelan kepala En, berharap perhatian anaknya sedikit bisa teratasi. 

  "Ndak mau, en mau mama." En menggeleng kuat, bocah itu berlari kencang memasuki kamar tidurnya, tenggelam dalam selimut tebal miliknya, dan tak mau berbicara dengan siapapun.

Sebenarnya Pram tidak punya banyak waktu, pagi ini ada rapat penting sebelum besok ia bertolak ke jepang, tapi agaknya harus mundur dulu, sampai si kecil tidak lagi merajuk. Ia menggelengkan kepalanya lelah. Menjadi single parent bukanlah hal yang mudah, ia harus mengambil peran ganda sekaligus.

Meskipun En bukan typical anak yang Rewel, namun diusianya yang sekarang, En adalah balita yang butuh kasih sayang. Dan Pram sadar, ia belum bisa memberikan satu hal itu, bahkan kadang2 untuk urusan En ia lebih banyak menyerahkan kepada pengasuh. Mau bagaimana lagi, ia sibuk bekerja dikantor, sepulang kantor pun  Pram kadung lelah dan memutuskan untuk istirahat.

  kadang-kadang Pram merasa sangat bersalah terhadap putranya, selama ini ia sudah menggadaikan masa kecil En, membuatnya begitu jauh untuk digapai, penyesalan sedikit-sedikit menggerogoti egonya.

"En udah janji Enggak bakal minta mama lagi, kenapa sekarang tiba-tiba minta mama?." Tanya pram sesaat setelah berhasil menyusul En, bocah itu tenggelam dalam tangis kencangnya. Bahkan saat Papanya datang menghampiri, Ia terus saja menangis pilu. Sesak hati Pram, Putranya benar-benar ingin bertemu sang Mama.

"En kangen mama, mama ndak pernah pulang lagi, karena mama ndak suka en kan?." Pekiknya keras, seketika batu besar kembali menghantam sudut hatinya, En sampai menjauh, dan tidak ingin disentuh, tangisnya juga makin keras.

  "Enggak gitu en, mama emang lagi sibuk kerja kayak papa, makanya belum bisa ketemu kamu." Seribu cara Pram membujuknya, Tapi En bersikeras menangis. Di saat seperti ini, Pram hanya bisa meremat tangannya kuat-kuat, menahan emosi Gila yang kalau ia keluarkan bisa merusak hubungan baiknya dengan En.

  En masih menangis tersengal-sengal di pojokan Kamar, tidak seperti biasanya, kali ini En tangis En benar-benar Pilu. Pengasuh-pengasuh En pun tidak berani mendekat, Sementara itu Pram terus berusaha menenangkan Putranya.

"Papa ajakin kamu ke mall aja yuk, gimana?."

  "mau mama!!" Pekiknya kencang, sampai-sampai suara dalam ruangan itu bergema. 

  Pram terus berusaha membawa tubuh en dalam gendongannya, meskipun anak itu terus saja menolak. Bahkan beberapa kali Pram mendapat pukulan keras di dadanya.

  "En beneran kangen mama?." Tanya Pram pelan-pelan saat En sudah benar-benar tenang.

  "Iih..ya "

  "Besok Papa Jemput Mama, tapi sekarang en harus jadi anak yg nurut, gak marah-marah kayak tadi lagi."

"Tapi mau mama." Pram mengangguk , tugas selanjutnya adalah menepati janji itu.

***

Jam- jam setelah makan siang, adalah jam rawan untuk karyawan, biasanya setelah kenyang dengan makanan , mata mulai mengantuk berat. Maka dari itu, sebelum ia tumbang feeana lebih dulu memesan kopi pahit kepada sekretaris nya.

Marry Me Again [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang