23. Perfect Facts

797 83 94
                                    

Dylan tidak main main dengan janjinya. Setelah dokter menginjinkan Ye Jin pulang, pria itu membawa Ye Jin dan Ye Won pulang kerumahnya. Ye Won tak bisa menolak karena keputusan Dylan disetujui oleh Tuan Hong. Beliau berpikir bahwa Ye Won dan Dylan perlu lebih banyak waktu untuk bersama agar bisa lebih mengenal satu sama lain sebelum memutuskan untuk menikah.

Seung Wan dan ibunya keberatan. Mereka tidak bisa berjauhan dengan Ye Won dan Ye Jin. Tapi keputusan yang diambil Dylan dan Tuan Hong juga untuk kebaikan Ye Won dan Ye Jin. Merekapun hanya bisa mendoakan semoga Ye Won dan Ye Jin menemukan kebahagiaan mereka bersama Dylan.

"Kamar saya— emm maksudku, kamarku dimana?" Tanya Ye Won setelah menidurkan Ye Jin dikamarnya. Dia tak berhenti berusaha bicara informal pada Dylan walaupun sulit mengubah gaya bicaranya dalam waktu singkat.

Dylan menunjuk dengan gerakan kepala kearah kamarnya sambil tersenyum jahil. Diapun berhasil mendapat tatapan jengah dari Ye Won.

Dylan tertawa lalu membuka pintu yang berhadapan dengan pintu kamarnya.

"Aku harap Ye Jin tidak kecewa melihat ayah dan ibunya pisah ranjang." Ucapnya ketika Ye Won lewat dihadapanya untuk masuk kedalam kamar.

"Dia tahu kita belum menikah." Balas Ye Won seraya menggeret kopernya kedepan lemari.

"Lalu kapan?"

Ye Won mengernyit. "Kapan?"

"Kita menikah."

Ye Won menghela nafas. Dia selalu gugup setiap kali Dylan mbahas pernikahan.

"Seperti yang dikatakan ayahku. Pernikahan bukan hal yang sepele. Kita harus saling mengenal sebelum memutuskan untuk hidup bersama." Kata Ye Won lalu mulai mengeluarkan barang barangnya dari koper.

"Perlu kubantu?" Tawar Dylan dari ambang pintu.

"Tidak perlu. Aku mau mandi dulu." Tolak Ye Won.

"Baiklah, kalau perlu bantuan, aku ada dikamarku."

Ye Won mengangguk lalu menghembuskan nafas lega setelah Dylan menutup pintu kamar.

Ye Won mondar mandir dikamar setelah mandi dan memakai pakaian tidurnya yang sederhana. Celana panjang dan kaos oblong. Dia mengigiti kuku tangannya, memikirkan apa yang harus ia lakukan. Malam belum begitu larut, tidak mungkin ia mengurung diri dikamar sebelum jam tidur. Dylan akan mengira kalau dia tengah menghindarinya.

Setelah berpikir cukup lama, Ye Won keluar kamar dengan langkah pelan. Ia memutuskan untuk mengambil susu hangat dan camilan buah kering untuk menemaninnya membaca buku dikamar. Tapi sialnya kotak camilan ada dikabin paling atas. Ye Won tak bisa menggapainya.

Dia pikir, susu hangat saja cukup. Dia berbalik dan langsung dikejutkan dengan dada bidang Dylan didepan wajahnya. Pria itu memanjangkan tangannya mengambil camilan yang diinginkan Ye Won.

"Mau nonton film bersamaku, Ye Jin eomma?" Tanya Dylan menatap Ye Won dalam kungkungan tangannya. Ye Won sampai memundurkan wajahnya yang nyaris bertemu hidung dengan Dylan.

"A-aku lebih suka membaca buku." Kata Ye Won.

Dylan mengangguk lalu meraih tangan Ye Won dan membawanya keruang baca.

Ye Won terperangah takjub melihat buku buku berderet dengan rapi memenuhi rak rak yang tingginya mencapai langit langit. Dulu Ye Won bermimpi kelak ia ingin memiliki perputakaan pribadi dirumah. Kini mimpinya terasa nyata bahkan sangat jauh dari harapannya yang sederhana. Ruangan yang yang dipijaknya terlalu menakjubkan untuk sebuah perpustakaan pribadi.

"Buku apa yang kau sukai?" Tanya Dylan membuntuti Ye Won yang berjalan menyusuri rak sambil melihat lihat buku yang ada disana.

"Sains."

Behind The Perfection [JINRENE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang