3. Perfect Guy

438 71 30
                                    

Ye Rim membanting tasnya ke sofa yang ada diruang ganti. Ia kesal karena tiba tiba Ye Won muncul dihadapannya dan mengetahui kebohongannya selama ini. Kalau anak itu sampai memberitahu ibunya maka sudah pasti ia akan kehilangan suntikan dana bulanan dari sang ibu.

Lalu bagaimana ia akan menyambung hidupnya disini? Gajinya sebagai model freelance dan pelayan di klub tidak bisa mencukupi kebutuhan hidupnya yang mewah dan glamor.

Ishh... Sejak lahir anak itu memang pembawa sial. Tidak heran kalau orangtuanya sampai membuangnya ditempat sampah.

Setelah mengganti pakaiannya dengan seragam seksi, Ye Rim keluar dan siap bekerja dimeja bar. Seniman musik dan kelap kelip lampu menyambutnya. Ia mengedarkan pandangan melihat seberapa ramai pengunjung klubnya malam ini.

Dan pandangannya terhenti pada sosok laki laki yang duduk sendirian sambil celingukan seperti baru pertama kali datang ke tempat itu.

Ye Rim tau dengan sangat siapa laki laki itu. Ia berpikir sambil terus memandanginya, tak lama senyum liciknya terbit.

Dialah yang akan membawaku keluar dari kemiskinan sialan ini. Dia yang akan mengubah hidupku menjadi seorang ratu.

Berbekal ilmu dan pengalaman dari sang ibu saat di Korea, Ye Rim berjalan dengan gemulai mendekati meja paling pojok. Bibirnya tak berhenti tersenyum melihat targetnya yang terlihat sempurna walau dalam cahaya remang remang.

"Kim Dylan-ssi?" Sapa Ye Rim sok akrab dengan aksen Korea.

Laki laki itu sedikit tersentak karena ada yang mengenalinya ditempat itu, padahal ia sudah berusaha menutupi sebagian wajahnya dengan topi.

"Ah, Ye. Annyeong hasseyo." sapa Dylan kikuk. Ia mulai takut ada orang lain lagi yang tau tentang keberadaannya.

"Kau jangan khawatir. Aku jamin tak ada yang tau keberadaanmu disini selain aku." ujar Ye Rim seolah tau apa yang Dylan pikirkan.

"Oh, gomapta." Dylan tersenyum lega seraya merunduk ramah.

Pria ini benar benar seperti harta karun. Bahkan jauh lebih berharga dari harta karun. Karena bukan hanya hartanya yang berkilauan, petinya tak kalah menyilaukan. Bathin Ye Rim begitu tak sabar ingin segera memiliki Dylan seutuhnya dan menikmati setiap tatapan iri dari seluruh wanita didunia.

"Mau minum apa? Wine, wiski, atau bir?" tanya Ye Rim lembut namun dengan cepat dia meralat ucapannya. "Ah, aku lupa bertanya kau minum alkohol atau tidak. Aku bisa membuatkanmu jus kalau kau mau?"

"Beri aku wiski!" pinta Dylan.

"Oke! Aku akan segera kembali."

Ye Rim pergi ke meja bar mengambil pesanan Dylan. Namun sebelum kembali, diam diam ia menaburkan serbuk yang ia ambil dari saku seragamnya kedalam minuman Dylan. Trik itu selalu ia gunakan untuk menjebak pria kaya yang ingin ia peras hartanya.

"Kau baru pertama kali kesini ya?" tanya Ye Rim sambil menyodorkan segelas wiski kehadapan Dylan. Dylan menerimanya sambil merunduk tanda terimakasih.

Ah, lugu sekali. Ye Rim gemas. Lalu duduk satu meja dengan Dylan.

"Ya." jawab Dylan singkat.

"Kau selebriti yang dikenal bersih dari dunia malam. Kenapa kau ada disini? Apa sedang ada masalah?"

"Tidak ada, hanya sedang ingin kesini saja." jawab Dylan dengan senyum yang terlihat dipaksakan.

Hmm... Type pria yang sulit untuk didekati. Bathin Ye Rim menilai. Tapi sikap dingin Dylan justru membuatnya semakin tertantang.

Behind The Perfection [JINRENE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang