Ye Won memakai kostum kepala ayam lalu menari didepan kedai untuk menarik minat pelanggan. Tak jarang orang orang hanya memintanya berfoto bersama tanpa masuk kedalam kedai, adapula yang protes kalau tariannya terlalu kaku atau tidak lucu sama sekali.
Ya, mau bagaimana lagi? Menari dan melucu bukan karakter Ye Won sama sekali. Dia juga sebenarnya tidak mau bekerja di kedai itu kalau bukan karena dipaksa Seung Wan. Gadis itu gila gilaan mencari pekerjaan sambilan untuk mereka kerjakan sepulang kuliah. Katanya uangnya untuk menyumpal mulut Tn. Bang.
Padahal Seung Wan tidak tahu berapa hutang ibunya Ye Won pada Tn. Bang. Jangankan Seung Wan, Ye Won saja tidak tahu. Rasanya mustahil bisa melunasi hutang itu dalam waktu satu tahun hanya dengan bekerja paruh waktu.
Tapi memang Seung Wan keras kepala. Penyakit halu-nya sudah mendarah daging. Dia bilang, tak apa jika Ye Rim sudah menghancurkan harapannya, takdir hidup Ye Won bukan ditentukan oleh wanita itu. Selama Ye Won masih punya keinginan dan kepercayaan, takdir masih bisa Ye Won ubah. Toh, masa depan tidak ada yang tahu, siapa tahu tiba tiba Tuhan berbelas kasih memberi Ye Won nomor lotre senilai satu miliyar. Ye Won bisa bebas tanpa syarat.
Ya, tak ada yang salah dengan pemikiran Seung Wan, namun Ye Won yang realistis tak berharap terlalu banyak pada hal yang tidak pasti. Dia menganggukkan kepala patuh semata mata untuk mengapresiasi semangat Seung Wan karena Sepulang dari Paris dua bulan lalu, Seung Wan menjadi lebih rajin kuliah dan membaca buku dimanapun dan kapanpun ia memiliki waktu luang. Sorenya bekerja di kedai lalu malamnya belajar lagi dirumah dengan Ye Won.
Ye Won sempat khawatir Seung Wan akan kelelahan dan jatuh sakit. Seorang puteri konglomerat yang segala keperluannya dikerjakan oleh pelayan mana bisa bekerja sebagai pelayan kedai. Namun Ye Won salah, Seung Wan sangat tangkas dan cekatan. Pribadinya yang menyenangkan juga sukses membuat pelanggan senang.
"Won-ah, pelanggan mulai sepi. Pergilah ke dapur dan makan. Biar aku menggantikanmu menjadi itik lucu ini." Ujar Seung Wan sambil menepuk nepuk kepala itik besar itu dengan gemas.
Ye Won mendorong naik kostum kepala itik dari kepala tapi belum sampai terlepas, Seung Wan sudah membenamkan kembali kostum itu dikepalanya.
"Wae?" Ye Won bertanya dengan bingung ketika Seung Wan menarik dirinya ke belakang kedai. Celingak celinguk seolah memastikan tak ada yang melihat mereka disana.
"Kau berkeringat sangat banyak. Makeupmu luntur." Cicit Seung Wan cemas.
"Mwo??" Ye Won refleks meraba kepalanya yang masih tertutup kostum. Seung Wan lalu membantu membuka kostum itik itu sambil cekikikan.
"Cepat benahi penampilanmu. Wajahmu sudah seperti donat gula. Hihihi... "
Ye Won mencebik sebal lalu pergi ke toilet.
Menjelang malam, Seung Wan dan Ye Won keluar dari kedai. Mereka menaiki bis yang berhenti tak jauh dari kedai untuk bertolak kerumah Seung Wan. Walaupun saat ini mereka sedang gencar mencari uang, tapi mereka tidak boleh meninggalkan rutinitas mereka dirumah agar orangtua Seung Wan tidak curiga.
"Ini." Seung Wan menyodorkan amplop berwarna cokelat yang ia terima dari pemilik kedai pada Ye Won.
"Wae? Kenapa kau memberikannya padaku? Aku juga dapat." Ujar Ye Won menunjukkan amplop miliknya. Kebetulan hari ini mereka gajian.
"Aku tahu. Tapi punyaku juga milikmu." Tegas Seung Wan seraya menaruh amplop miliknya diatas pangkuan Ye Won.
Ye Won mengambil amplop itu. Keningnya mengernyit tatkala merasakan amplop Seung Wan lebih tebal dan lebih berat dari miliknya. Apa pemilik kedai memberi mereka gaji yang berbeda? Bagaimana bisa mereka pilih kasih, walaupun Ye Won tidak bisa memasak didapur seperti Seung Wan tapi dia hampir mati kepanasan didalam kostum itik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind The Perfection [JINRENE]
PoetryOne night stand dengan selebriti. Lalu hamil. "Aku tidak percaya ini. Kau tidak punya pacar ataupun sedang dekat dengan pria manapun. Bagaimana bisa hamil? Siapa ayah bayi itu?" cecar Seung Wan. "Kalau aku bilang ini adalah anak Dylan Kim, apa kau a...