14. Perfect ~ Shock

551 74 58
                                    

"...Jadi, sepertinya bukan ide yang buruk jika kita membuat scandal sekali lagi."

Ada berbagai macam scandal yang dibuat oleh para publik figur diseluruh dunia, tapi entah kenapa saat Dylan mengatakan hal itu pikiran Ye Won hanya tertuju pada satu scandal yang pernah mereka lakukan di Paris 6 tahun lalu.

Oh, Ya Tuhan.

Bisa bisanya Ye Won berpikir kalau Dylan sedang mengajaknya menghabiskan malam bersama di hotel.

Ini gila.

Ye Won benar benar bisa gila bila terus begini, dia tidak betah, dia ingin pulang. Rasanya sangat tersiksa terus berada didekat Dylan. Dibuat baper, gemes, dugun-dugun. Tapi sekedar untuk mengkhayalkannya saja Ye Won merasa sangat jahat, tak punya hati, egois dan tak tahu diri.

"Paman Ahn, tolong berhenti jika menemukan sebuah butik." Pesan Dylan pada supir pribadinya.

"Ye, agaseumnida." Jawab paman Ahn.

"Mau apa kita ke butik?"

Duh, Ye Won. IQ-mu tertinggal dimana? Masa ke butik saja masih nanya mau apa? Ck...

Yang jelas bukan untuk menghabiskan malam bersama.

"Menurutmu?" Dylan tersenyum miring.  "Kau mau tidur pakai baju basah? Atau kau sengaja seperti itu biar kau sakit terus jadwalku jadi berantakan?"

"Aniya." Bantah Ye Won sambil menggelengkan kepalanya dengan cepat.

"Oh, atau kau merasa nyaman dengan jaketku? memakai jaketku membuatmu merasa seperti memelukku, eoh?" Dylan semakin menjadi menggoda Ye Won. Wanita sampai tak bisa berkata kata lalu memilih untuk melepaskan jaketnya agar Dylan berhenti menggodanya. Namun dia terlambat menyadari kalau aksinya justru menjadi boomerang untuk dirinya sendiri.

Ye Won melihat bola mata Dylan bergulir turun ketika Ye Won menyerahkan jaket kehadapan Dylan, tapi sedetik kemudian Ye Won menarik kembali jaket itu lalu ia bentangkan didepan dadanya yang tampak menggiurkan dimata kaum adam.

Ye Won gelagapan, tak tahu harus berkata apa. Dia sangat malu dengan tingkahnya sendiri sehingga ia hanya bisa membuang muka ke jendela sebagai pelarian.

Kesalnya, walaupun Ye Won sudah menutupi dadanya dengan jaket, Dylan masih terus memandangi tubuhnya tanpa berkedip dan tanpa ekspresi.

Tatapan macam apa itu?

Nafsu bukan, jijik juga bukan. Seperti sedang meneliti. Tapi bukan meneliti objek yang ia lihat.

Entahlah,

Rumit.

Ye Won yang jenius saja tidak bisa menjabarkannya. Baginya, Dylan lebih sulit dari Persamaan Helmholtz.

Hembusan nafas kecewa dan aura dingin yang tiba tiba menyelimuti wajah Dylan membuat pikiran Ye Won menjadi kacau. Berbagai pertanyaan yang selalu muncul di benaknya selama 6 tahun kembali berdengung dan semakin menyakitkan ketika pertanyaan itu muncul saat pria itu berada jelas didepan matanya.

Seandainya malam itu Dylan tidak sedang dalam pengaruh viagra, apa pria itu akan menatapnya sedingin ini?

Apa yang pria itu pikirkan tentangnya ketika ia dengan mudahnya mengajak pria asing menghabiskan malam bersama?

Apa sedikitpun Dylan tidak pernah melihat dirinya?

Ingatan Ye Won refleks kembali kemalam itu, tepatnya saat Dylan menyebut nama "Yeon-ah" Sesaat setelah mereka bercinta.

Melihat bayangan dirinya dipantulan kaca, Ye Won kembali merasa buruk, tak menarik dan menjijikan. Lalu ia menyadari kalau mobil yang ditumpanginya tengah berada dijalan yang familiar baginya.

Behind The Perfection [JINRENE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang