Malam perlahan berganti pagi, hawa dingin dini hari membuat siapapun enggan berpisah dari selimut yang menghangatkan diri. Namun tidak dengan Ye Won, jangankan menggulung diri dengan selimut mencari kehangatan, wanita itu justru belum memejamkan mata sama sekali. Bahkan ia masih berada dibutik seorang diri.
Lagi lagi ia lupa waktu dan lupa diri. berkutat dengan pensil dan buku gambarnya. Ia tampak serius menggerakan pensilnya diatas kertas membentuk sebuah sketsa gaun pengantin. Namun baru setengah jadi Ye Won merobek kertas itu, meremasnya dengan gemas lalu melemparnya ke tong sampah.
Entah sudah berapa banyak sketsa yang Ye Won gambar lalu dibuang sebelum sketsa itu sempurna. Keranjang sampah yang ada disamping meja kerjanya sudah penuh dengan gulungan kertas kusut bahkan masih banyak lagi kertas kertas yang berserakan disekitar keranjang karena tak lagi tertampung.
Ye Won melempar pensilnya sembarang lalu merunduk membenturkan keningnya kepermukaan meja. Rasanya pening sekali sehari semalam bekerja tapi tak membuahkan hasil sama sekali. Ah bukan, bukan hanya sehari tapi sudah tiga hari ia menghabiskan waktu dan kertas gambarnya dengan sia sia. Padahal biasanya ia bisa membuat 3 sampai 5 design setiap hari.
"Memangnya kenapa kalau aku mati, aku cacat, tidak berguna. Aku aib dalam keluarga. Lalu untuk apa aku hidup?"
"Jin Hyung mendapatkan perlakuan tak menyenangkan saat di Paris enam tahun lalu."
"Jika yang dikatakan Hank benar, maka kau tidak punya pilihan lain selain bertanggung jawab atas hidupku."
"Akh... Jongmal!" Ye Won menjambak rambutnya sendiri dengan kesal. Lalu memukul mukul kepalanya dengan telapak tangan seolah ingin mengusir hal yang memenuhi kepalanya sampai tak menyisakan ruang sedikitpun untuk ia memikirkan hal lain.
Kenapa hidupnya jadi serumit ini? Ye Won pikir ketika keluarga Hong meresmikan dirinya sebagai anggota keluarga maka hidupnya dan Ye Jin akan baik baik saja. Tapi nyatanya, semua menjadi sangat memusingkan. Bahkan lebih memusingkan daripada memikirkan bagaimana caranya besok bisa makan.
Memikirkan bagaimana hancurnya hidup Dylan setelah malam itu membuat Ye Won tak bisa menikmati hari harinya sepertu sedia kala. Apalagi dia melihat dan mendengar sendiri bagaimana putus asanya Dylan hingga pria itu ingin mengakhiri hidupnya sendiri.
Namun masih menjadi teka teki, hal mengerikan apa yang membuat Dylan mengalami trauma hingga mengidap Psikosomatik yang mematikan? Jika pria itu menjadi trauma karena meniduri gadis asing yang tidak ia inginkan, tidak mungkin pria itu baik baik saja saat menyentuhnya. Jangankan menyentuh, melihat dirinya saja Dylan pasti tidak akan sanggup.
Lalu apa yang terjadi?
Dan kenapa Alergi Dylan bisa sembuh dengan cepat setelah menciumnya??
Kring kring kring...
Suara dering telepon dimeja membuyarkan lamunan. Ye Won mengangkat telepon itu sedikit malas. Ini hari libur seharusnya ia tak menerima pesanan ataupun menanggapi komplain pelanggan.
"Yeobeoseyo."
Aigoo, CEO Hong Beauty bekerja dari pagi hingga kepagi lagi tapi gajinya tidak cukup untuk membeli handphone satupun. Kau menyedihkan sekali, Hong Ye Won...!
Ye Won menghela napas panjang. Sudah kuduga Seung Wan pasti akan uring uringan karena dia mematikan ponselnya selama tiga hari.
"Wae?"
Wae??? Kau masih bertanya wae?
Cepat aktifkan ponselmu atau aku akan datang ke butikmu dengan satu truk ponsel!
"Kita tinggal satu rumah, apa gunanya ponsel?" Kilah Ye Won menyembunyikan niat yang sebenarnya dari mematikan ponsel semenjak Jungkook mengantarnya pulang malam itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind The Perfection [JINRENE]
PoetryOne night stand dengan selebriti. Lalu hamil. "Aku tidak percaya ini. Kau tidak punya pacar ataupun sedang dekat dengan pria manapun. Bagaimana bisa hamil? Siapa ayah bayi itu?" cecar Seung Wan. "Kalau aku bilang ini adalah anak Dylan Kim, apa kau a...