[54] Lima Puluh Empat : Jawaban

381 18 2
                                    

BEBERAPA hari sebelumnya ....

Sekarang jam di layar ponsel Mitha menyebutkan angka 20.01 wib.

Wanita yang saat ini tengah mengenakan baju tidur dress berwarna merah muda dengan rambut panjang terjuntai, tengah duduk di sofa sambil memegang ponselnya sendiri. Setelah sebelumnya mengobrol dengan Angelina dan Sarah melalui telepon seluler dan meminta pendapat mereka tentang honey moon, Mitha kali ini merasa lebih dominan untuk mungkin menerima tawaran Reza saja.

Apa salahnya, Mitha sendiri juga akui bahwa ia mencintai pria itu. Meskipun sesuatu berasa mengganjal hati dan perasaannya, tentang masa yang sudah berlalu di mana ingatannya membawa dia pada peristiwa kejutan yang sangat mengagetkan mengenai fakta bahwa seorang Reza memiliki seorang anak di luar nikah. Pria itu menyembunyikan kebenaran sejak awal. Ingatan dan luka itu seketika mengingatkan seorang Mitha kembali. Lantaran ia sendiri bingung, itu sulit sekali untuk diterimanya begitu saja.

Setelah beberapa lama dari obrolan bersama kedua temannya, Mitha berpikir apa ia harus sekali lagi meminta pendapat mereka? Itu karenanya ia kembali memegang ponsel saat ini tetapi ragu apa ia harus menelepon atau tidak. Sungguh Mitha ingin memastikan apakah menjawab iya kepada Reza itu tidak akan memperburuk keadaan ke depannya?

"Ah, bingung sekali." Pada akhirnya Mitha menyimpan kembali ponsel itu di meja. Padahal Reza akan tiba sebentar lagi, tetapi seharian berpikir rasanya belum cukup untuk menyimpulkan dan memberi jawaban terhadap tawaran honey moon itu.

"Mungkin Sarah benar. Aku hanya tinggal memanfaatkan waktu dengan Reza, tapi apa pun akhirnya biarlah itu terjadi. Tapi sekarang aku berpikir, apa nanti liburan bareng Reza bisa aku nikmati dengan pikiran yang tenang?" Mitha bermonolog sendiri.

Beberapa menit kemudian suara bel pintu terdengar, membuyarkan pikiran Mitha yang merenung dan melamun lama di tempatnya. Wanita itu akhirnya menghela napas untuk kemudian siap tak siap menyambut suaminya yang sudah pulang.

Awalnya setelah membuka pintu dia tidak menemukan siapa pun di depannya. Lantaran bingung ia pun melangkah sedikit ke luar untuk memastikan lalu dikejutkan oleh seruan Reza di samping kanannya yang berdiri sambil memegang sebuket bunga besar berwarna merah.

"Selamat malam, Istriku ...."

"Kukira nggak ada siapa-siapa."

"Takut, ya? Eh eh. Sebentar-sebentar. Sepertinya saya sendiri yang mulai takut karena kamu keluar dengan baju tidur saat ini. Ayo masuk lagi." Reza lantas membawa Mitha masuk ke dalam lagi dan menutup pintunya.

"For you," ucapnya kemudian sambil memberikan bunga.

Mitha tersenyum malu saat pria di depannya memberikan itu. "Makasih," ucapnya seraya menerima lalu menghirup aroma bunga itu yang rupanya segar dan manis.

"Kamu sudah makan?"

"Sebenarnya sudah. Tapi aku temenin kamu makan sekarang, yuk."

"Kalau begitu ...." Reza sekatika menyentuh kedua lengan Mitha. Sedang wanita di depannya terdiam menunggu maksud dari seorang Reza.

"Istriku, saya tidak sabar. Bisa kita bicara soal tawaran untuk kita pergi honey moon bersama? Kamu sudah janji akan menjawabnya malam ini. Bagaimana, kamu sudah memikirkannya dengan baik, kan?"

"Itu ...."

Reza sesaat merasakan dirinya kecewa lantaran mengetahui Mitha yang memulainya dengan keraguan. Itu berarti Reza tahu bahwa Mitha masih bimbang.

Pria itu tidak ingin egois dan menyalahkan wanita di depannya karena belum bisa menemukan kepastian dalam jawaban. Reza menarik kedua sudut bibir berusaha tersenyum tenang untuk kemudian mengajak Mitha duduk santai di sofa panjang. Reza duduk menghadap Mitha begitu pun sebaliknya.

Luka [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang