"AAAAA ...!!! Yeaaaaah!"
Reza melirik Mitha yang berteriak keras di sampingnya. Saat ini, keduanya tengah berada di atas roller coaster yang melaju kencang. Reza memegang tubuh Mitha dengan eratnya. Adrenalin terasa dipermainkan saat tubuhnya seolah diangkat naik begitu tinggi lalu dijatuhkan dengan seramnya. Ketimbang berteriak, Reza lebih banyak menutup mata lalu mengeratkan pegangannya ke tubuh Mitha. Rasanya seperti akan menjemput maut. Luar biasa siksaannya. Reza takut setelah ini Mitha akan kenapa-kenapa, tetapi, kenapa justru wanita itu terlihat sangat menikmati?
"Lupakan sejenak beban kita. Kita harus bersenang-senang dulu!" teriak Mitha seketika.
"Apa?" Reza mendekatkan wajahnya.
"Aku ... AAAAA ...!!!"
Reza menutup telinga mendengar teriakan Mitha, selanjutnya roller coaster membuat semua tubuh penumpang terbalik. Reza terkejut bukan main. Dia takut setengah mati. Napasnya pun berubah tak beraturan. Jantungnya bahkan berasa tertinggal saat roller coaster berjalan lurus. Gila! Bagaimana cara melompat dari tempat ini? Reza ingin segera mengakhirinya.
Sementara itu, Mitha merentangkan kedua tangan. Wanita itu lambat laun merasa asyik sendiri.
"Kamu ngomong apa sebelumnya?" ucap Reza sedikit mengeraskan suara.
"Lupakan beban!" teriak Mitha penuh penekanan.
"Lupakan beban?"
"Ya! Kita akan bersenang-senang." Mitha mengulas senyum lebarnya. Di saat roller coaster lagi-lagi menaik, Mitha meriukkan tubuhnya ke dekat Reza hingga menempel.
"Oh ... bersenang-bersenang ...." Reza membalas pelukan Mitha.
"Bukan seperti ini!" Mitha menjauhkan tubuh Reza. "Seperti ini, AAAAAA ...!!!" Ia kembali merentangkan tangan dengan berani ketika roller coaster menurun.
Reza meneguk ludah susah payah. Pandangan Mitha tertuju ke depan. Sedari tadi, Reza tak berani mengarahkan pandangannya ke depan. Namun, kemudian Mitha mengarahkan tangan Reza untuk direntangkan. Otot-otot Reza mendadak mengeras saat itu juga tetapi Mitha terus berusaha membuka lengan pria itu.
"Bahaya, Mit! Pegangan!"
"Coba dulu!" balas Mitha kekeh meminta Reza untuk merentangkan tangannya.
Teriakan demi teriakan yang lain terdengar memekikkan telinga. Di cuaca yang cerah dengan langit biru membuat semua menikmati hiburannya, ya, terkecuali ... Reza. Sisi lain hati yang bergelamor rasa bahagia tak menjadikan alasan untuk Mitha berhenti. Dia lagi-lagi menyuruh Reza merentangkan tangannya.
"Bareng, ya. Satu ... dua ... tiga!!!"
"AAAAA ...!!!" Semua berteriak termasuk Mitha dan Reza yang akhirnya berani merentangkan kedua tangan. Sesaat terasa menyenangkan tetapi selanjutnya perasaan takut dan gemetar itu kembali meradang. Perasaan apa itu tadi? Dadanya bagai menembus ombak laut yang menghantam dahsyat. Reza kini berpegangan ke besi dengan kuatnya. Sedang satu tangannya memegang tangan Mitha. Pria itu bahkan berpikir takut kalau-kalau dia atau Mitha bakalan jatuh!
Selama permainan itu terus melaju. Reza lebih memilih menatap Mitha saat ini. Tangannya lalu menggeser anak rambut yang menghalangi wajah istrinya. Mitha tersenyum begitu cantiknya saat menoleh dan membalas tatapan Reza.
Ya. Di tengah Reza yang mendadak panas tiris di posisi, keduanya menikmati permainan hingga beberapa menit lamanya.
"Itu, itu, itu, itu, dan seeemuanya. Aku mau coba!" Mitha menunjuk permainan Ontang-Anting, wahana poci, kora-kora, bianglala, lalu menderet semua dengan jari telunjuknya tepat setelah usai bermain roller coaster. "Nggak peduli, deh, sama uang di dompet kamu. Pokoknya hari ini aku mau kita bersenang-senang!" serunya mengalihkan pandangan kepada Reza. Pria itu terperangah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka [End]
RomanceKupikir, Riko adalah orang yang tepat untukku. Kami sudah menjalin hubungan hampir tiga tahun. Akan tetapi, waktu bukanlah penentu. Selama apa pun sebuah hubungan jika Tuhan berkata tidak maka aku tidak bisa mengelak. Semua bermula setelah satu kefa...