Sebelumnya maaf karena lewat terlalu lama dari waktu perjanjian 👉👈
Happy reading :"
*****
Hilir arus pengendara di tengah kota dengan cuaca panas di tengah hari, membuat Mitha cukup malas untuk pergi keluar. Akan tetapi, dia harus bertemu dengan seseorang kali ini. Seseorang yang sudah menambah keributan untuk Mitha dan Reza beberapa hari yang lalu.
Wanita itu berusaha menghalang sinar matahari yang mengenai wajahnya di saat dirinya hendak menyebrang jalan. Begitu kondisi memungkinkan, barulah Mitha melangkahkan kakinya dengan cepat lalu menuju sebuah restoran di depannya.
Mengambil ponsel di dalam tas. Mitha buru-buru mengetikkan sebuah pesan.
Aku sudah di tujuan.
Di mana kamu?!Sebelum hendak mencari tempat duduk, dering di ponsel Mitha berbunyi. Nama "Riko" tertera di layar.
"Pojok kiri. Di dekat jendela." Suara Riko terdengar di seberang sana tepat saat Mitha mendekatkan ponsel ke telinga. Wanita itu lalu mengikuti interupsinya dan menemukan Riko yang mengangkat tangan di posisi duduknya. Mitha mematikan hubungan ponsel lalu berjalan tergesa-gesa menuju pria itu.
"Uh, rindunya ...," ujar Riko ketika Mitha kini berdiri di dekatnya. "Aneh. Setelah menjadi istri orang lain sepertinya kamu nambah cantik. Bahaya besar buat kamu, Mit. Aku bisa lebih giat ngejar kamu sampai kamu berpisah sama si Tua itu."
Mitha menggebrak meja dengan kuat tetapi cukup hati-hati. Dia masih ingat posisi umum saat ini, tetapi melihat wajah Riko sepertinya membuatnya emosi.
"Oh, ayolah. Duduk dulu sebelum marah-marah. Mau aku bantu?" Riko berdiri dan memegang pundak Mitha, tetapi kemudian wanita itu menepisnya.
"Aku bisa sendiri!"
Mitha kemudian duduk di depan Riko. Sebuah restoran berkursi sofa, dengan tepian kaca yang membuat pengunjung bisa menikmati pemandangan luar. Mitha mengalihkan pandangannya ke luar sana. Arus pengendara lebih diminati matanya kebanding mengarah kepada siapa pria di depannya saat ini.
"Pasti hubunganmu dengan si Tua itu sedang kacau, kan? Kamu keliatan badmood sekarang." Riko menyeruput es lemon miliknya sembari menatap Mitha.
"Bukan karena dia, tapi karena kamu, Riko!" Mitha akhirnya menatap mantan kekasihnya itu. "Berani-beraninya kamu ngelakuin itu. Sesuai kesepakatan. Hapus foto itu dari ponselmu sekarang juga. Dan aku mau lihat foto buruk apa aja yang kamu simpan buat jebak aku depannya. Aku sudah ke sini sekarang, jadi berikan." Tangan Mitha terulur di depan Riko, meminta ponsel pria itu.
Riko tersenyum miring. Bukannya mendengar Mitha ia justru ikut mengulurkan tangannya untuk memegang tangan Mitha. Wanita itu berdecih. Menarik kembali tangannya tetapi Riko memegangnya begitu kuat lalu berubah menjadi liar. Tiba-tiba mengusap punggung tangan Mitha dengan lembutnya sampai wanita di depannya itu seketika tak bergerak lagi. Mitha merasakan sensasi aneh yang membuat pikirannya mengulang memori lama.
"Suatu saat aku ingin seperti ini setiap hari. Menyentuhmu lebih lama, lalu menciumnya." Mata Riko yang sedari tadi memandangi tangan Mitha kini perlahan mengangkat tangan itu ke dekat bibirnya. Sebelum berhasil mencium punggung tangan itu, Riko mendongak dan menatap Mitha yang terbujur kaku, tak sedikit pun memberontak. Merasa mendapat lampu hijau, Riko pun benar-benar mendekatkan bibirnya ke tangan Mitha hingga menciumnya.
Di detik selanjutnya barulah Mitha tersadar. Dia menarik tangannya dengan cepat lalu menjadi kikuk sendiri.
Riko tersenyum memandangi wanita itu. "Kamu masih ingat kalimat itu, kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka [End]
RomanceKupikir, Riko adalah orang yang tepat untukku. Kami sudah menjalin hubungan hampir tiga tahun. Akan tetapi, waktu bukanlah penentu. Selama apa pun sebuah hubungan jika Tuhan berkata tidak maka aku tidak bisa mengelak. Semua bermula setelah satu kefa...