40. Video
Brak.
Mitha memukul ponsel Riko ke meja kayu. Pria itu sampai terkejut dan meneggakkan tubuhnya.
"Kenapa kamu lakuin itu? Ponsel itu juga kenangan pemberian kamu, ingat? Kamu menghadiahkan itu untukku. Aku merawatnya dengan baik, Sayang!"
Mitha semakin tersulut hingga di detik selanjutnya, ia membanting ponsel itu ke bawah begitu keras.
Beberapa pengunjung restoran refleks mengarahkan pandangannya ke arah Mitha, seorang wanita yang napasnya tengah naik turun saat ini.
"Percuma. Meskipun kamu mengingat kenangan itu, tetapi nggak denganku. Aku sudah melupakannya," ujar Mitha penuh penekanan. Sorot matanya yang menatap lurus bola mata Riko kini ia akhiri lantas berdiri dan berbalik badan, meninggalkan posisinya.
Riko mengusap kasar wajahnya. Ia mengambil ponsel di bawahnya yang layarnya retak parah. Pria itu hanya mendengkus. Kini ia menoleh ke arah jendela. Ditatapnya seorang Bapak tua yang bersandar di sebuah mobil. Riko mengangkat tangannya memberi aba-aba. Dari kejauhan seorang Bapak itu mengangguk lalu pergi.
Riko tersenyum smirk.
****
"Nenek! Bukankah ini bagus?"
Angel menghampiri Kirana yang saat ini tengah mengepel lantai rumah. Gadis kecil itu memberikan sebuah buku gambar.
"Angel jangan ke sini dulu, lantainya masih basah. Nanti kamu kepeleset, Nak."
"Nenek halus liat ini dulu. Angel gambal apa coba?" Angel mengangkat hasil gambarnya. Kirana yang tersenyum kemudian mendekati cucunya itu.
"Gam- aduh!" Wanita itu tiba-tiba terpleset sendiri. Peringatannya kepada Angel justru terjadi kepadanya hingga tangannya yang membentur lemari kaca membuat salah satu figura terjatuh dan pecah.
"Nenek!" jerit Angel.
"Awas sayang, kaca!" peringat Kirana yang terduduk di lantai. Angel berjongkok. "Jangan sentuh itu. Nanti nenek beresin."
Mata Angel mengamati sebuah foto di dalam figura itu. "Mama tili Angel, ya?" ujarnya bertanya. Melihat foto Mitha seorang diri yang tengah tersenyum.
"Iya, Nak. Mama kamu ini. Fotonya malah jatuh, jadi pecah, deh. Tapi gapapa, nanti nenek ganti figuranya."
"Nenek."
Kirana mendongak.
"Angel mau ketemu mama ...."
*****
Dering ponsel milik Mitha terdengar begitu nyaring di atas sebuah meja. Namun, sayang sang pemilik tidak dapat menggapai ponselnya sendiri. Mitha terduduk di sebuah kursi dengan posisi tubuh yang diikat tali, juga mulut yang tersumpal kain. Dengan gerakannya yang terbatas ia berusaha mendekatkan kursi menuju meja, tetapi sulit sekali. Rasanya ingin menangis melihat kondisinya saat ini. Tak percaya Riko sampai melakukan ini kepadanya; mengurung Mitha di kamar pribadi pria itu.
Sesaat kemudian pintu kamar terbuka. Muncul pria kurus nan jangkung itu lalu berjalan dengan gaya santainya. Mitha melotot dan memberontak, meminta dilepaskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka [End]
RomanceKupikir, Riko adalah orang yang tepat untukku. Kami sudah menjalin hubungan hampir tiga tahun. Akan tetapi, waktu bukanlah penentu. Selama apa pun sebuah hubungan jika Tuhan berkata tidak maka aku tidak bisa mengelak. Semua bermula setelah satu kefa...