Selamat siang, istriku ...
Maaf merepotkanmu hari ini. Kasih tahu saya kalau kamu kelelahan mengurus Angel. Kalau dia tidak nyaman bersama kamu, telepon saja saya, mungkin saya bisa pulang lebih cepat lagi.
From : Mas Reza (12.20)
Reza mengirim pesan saat Mitha tengah membawa Angel ke mall.
Faktanya, Mitha memang mengalah kali ini. Entah kenapa dia merasa tidak tega hingga berujung terpaksa. Benar-benar terpaksa. Tapi dia tidak melupakan rasa sakitnya sedikit pun. Jadi Mitha menegaskan bahwa ketika semua ini berakhir, Mitha tidak akan lagi peduli.
"Mama, kita mau ke mana?" tanya Angel.
Mitha tak menghiraukan. Dia terus berjalan menyusuri keramaian. Tangan satunya memegang tangan Angel. Membawa anak itu untuk ikut dengannya membeli beberapa pakaian.
Sampai di toko tujuan, Mitha mengambil cukup banyak baju seukuran Angel. Setidaknya dia tidak ingin kerepotan lagi seperti tadi pagi, memandikan Angel dan mencuci pakaiannya lalu menjemurnya dan menunggu sampai kering. Faktanya ia hanya bisa melakukan itu. Jangan tanya bagaimana Angel selama menunggu pakaiannya kering, anak itu sempat dipakaikan baju milik Mitha yang kebesaran.
Mitha tidak ingin membuang waktunya terlalu lama bersama anak kecil yang ia sendiri tidak menyukai keberadaannya. Usai membeli banyak baju, wanita itu membawa Angel langsung pulang.
"Mama."
"Apa?"
"Angel ..."
"Hey dengar ya, saya bukan mama kamu!"
"Mama ...."
"Apa?"
"Mama nyaut. Berarti bener kata papa, dong. Mama adalah mama balu Angel."
"Huh ... ya Tuhan ...." Mitha mengerlingkan mata. Saat suasana hatinya bahkan masih sangat-sangat kacau, bisa-bisanya ia juga harus menghadapi seorang anak kecil polos yang berhasil menjebaknya.
"Mama. Angel lapal," kata Angel kembali.
"Kamu, kan, sudah makan roti tadi pagi. Makan siang di rumah saja. Saya tidak akan memanjakanmu dengan mentraktirmu sekarang."
"Tapi Angel pengen boneka itu," tunjuk Angel melihat sebuah tempat di mana terdapat jelas sebuah boneka besar terpampang.
"Nggak ada hubungannya dengan lapar. Saya tidak akan membelikanmu boneka. Camkan itu!" tegas Mitha.
Angel diam. Menurut. "Yaudah, deh. Gapapa. Angel juga nggak punya uang banyak buat belinya."
Hufff.
Mitha mendengkus lelah. Kenapa mudah sekali buatnya tidak tega terhadap anak kecil?
"Saya ajak kamu ke sini tidak untuk memanjakanmu. Camkan."
"Tapi Mama mau beliin boneka, kan?"
Lagi, Mitha mendengkus.
Tanpa menjawab, dia sudah menarik tangan Angel membawanya pergi. Ke tempat toko boneka itu ternyata. Semata-mata agar Angel tidak rewel.
****
Mitha menaiki lift bersama Angel. Wanita itu tanpa sadar sudah memanjakan Angel dengan cara membelikannya banyak hal; eskrim, mainan, boneka beruang besar, cukup banyak pakaian, bahkan saat anak itu menginginkan sebuah kaca mata, Mitha membelikannya karena tidak tega jika harus membuat anak itu memasang mimik sedihnya. Selain itu, ia menyadari orang-orang juga melihatnya penasaran karena perlakuan Mitha menghadapi seorang Angel.
"Tadi itu pasal terbesal yang pelnah Angel temui. Luas dan belsih yah, Mama? Angel biasanya pelgi ke pasal yang kotol, bau, belinya juga enggak boleh apa yang Angel mau."
"Pasar terbesar yang kamu maksud adalah mall." Mitha menjawab tanpa enggan melirik Angel sama sekali.
"Oh gitu. Kenapa namanya Mall?" Angel menengadah meski tatapannya tak dihiraukan.
Mitha mendengus. "Kamu mau saya menjawabnya?"
Angel mengangguk.
"Karena tempatnya besar."
"Oh gitu ...." Mengangguk-angguk.
Ck. Mitha merasa sudah membuang waktunya sendiri.
Saat sudah memasuki apartemen kembali. Mitha sudah langsung melempar bokongnya ke sofa.
"Hwaah. Penat sekali. Membawa banyak barang bukan milik sendiri. Aaargh padahal otakku sedang tidak baik-baik saja ya Tuhan ...."
"Mama cape, ya? Sini Angel pijit."
Angel berjalan mendekati Mitha. Duduk secara tiba-tiba di lantai dan memijat kaki Mitha.
"Eh, apa-apaan sih, gak usah!" Mitha menjauhkan kakinya. "Kamu main saja sendiri. Saya mau istirahat!" Mitha berdiri lalu meninggalkan anak itu ke kamar. Membiarkan Angel sendirian di sana. Beruntung ada banyak cemilan, mainan, dan satu boneka beruang untuk dijadikannya teman.
****Pukul 20.35 wib.
Reza membuka pintu apartemen. Melepas dasi yang menempel pada kerah kemeja yang rasanya berhasil mencekiknya seharian bersama penat di sekujur tubuh.
Tiga detik kemudian, dia melihat suasana dalam apartemen yang berantakan. Tiba-tiba saja terdapat beberapa permainan seperti boneka barbie, banyak bola kecil, dan mainan lainnya yang berserakan di lantai. Juga sisa cairan es krim yang mengental di lantai membuatnya kotor.
Melihat hal itu membuat Reza merasa mumet. Namun, aroma makanan seketika masuk ke dalam lubang hidungnya. Dia berjalan menuju meja makan. Terdapat menu makanan di meja lengkap dengan nasi, buah-buahan, dan sebagainya. Reza tersenyum. Tadi pagi sangat kosong, sekarang mendadak banyak.
Reza mengedarkan pandangan. Ke mana dua orang yang dicintainya?
Saat melangkah masuk ke dalam kamar. Reza menemukan Mitha yang tengah tertidur bersama Angel di atas kasur.
Perasaan mumet saat melihat keadaan yang berantakan di ruang tengah, berganti dengan senyuman yang terbit. Setidaknya melihat keduanya tampak begitu dekat itu sudah membuat Reza senang dan bersyukur.
Dia kemudian mendekati Mitha dan Angel yang tengah tidur berhadapan. Reza mendekati Angel lalu mencium pipi gadis kecil itu. Kemudian beralih melirik Mitha. Reza tersenyum lagi. Perasaan kesalnya berubah menghangat seketika, sebelumnya wanita itu menyinggung tentang perpisahan tapi tak sadar sudah menunjukkan perhatian. Reza sendiri tentu tak lupa akan kesalahannya. Ia akan berusaha membuat Mitha mengerti, dan mungkin nanti. Ia akan menunggu waktu yang lebih tepat. Sekarang adalah momen menikmati bersama dua orang wanita yang dicintai.
Dia kemudian pergi mengambil handuknya untuk segera mandi. Usai aktivitas itu dan mengenakan pakaian tidur, tak peduli dengan keadaan perutnya yang sebenarnya cukup lapar, Reza memanfaatkan waktu untuk langsung tidur di dekat Angel. Posisi Mitha dan Reza saat ini mengurung Angel yang berada di posisi tengah. Tetapi beberapa detik kemudian, Reza membuka matanya. Dia turun dari ranjang hingga kemudian berpindah posisi menuju Mitha. Tidur di belakangnya dan memeluknya perlahan.
Wanita mana yang baru saja tahu kabar tak baik dari suaminya, tetapi bisa serela ini sudah memanjakan Angel. Memikirkan hal itu, membuat Reza berpikir bahwa ia tak salah menilai Mitha adalah orang baik.
"Saya mencintaimu," bisiknya pelan. Hingga tangannya naik lebih atas, aktif membuka kancing baju istrinya.
.
.
.
Bersambung ....
Terimakasih sudah membaca.
Semoga ceritanya tidak membosankan 🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka [End]
RomansKupikir, Riko adalah orang yang tepat untukku. Kami sudah menjalin hubungan hampir tiga tahun. Akan tetapi, waktu bukanlah penentu. Selama apa pun sebuah hubungan jika Tuhan berkata tidak maka aku tidak bisa mengelak. Semua bermula setelah satu kefa...