Reza tak pernah menyangka ini.
Reza tak pernah mengira ini akan terjadi.
Menurutnya Mitha kali ini, begitu berani.
Dengan sepenuh hati Reza menerima tantangan darinya. Mungkin mengingat posisinya sebagai seorang suami, hal ini bukanlah sebuah tantangan melainkan rezeki nomplok. Dia melakukannya bersama Mitha; dengan hati, dengan perasaan, dengan cara yang lembut.
Mereka baru saja menyelesaikan aktivitas wajib suami istri di malam hari. Saat ini agaknya Mitha tengah kelelahan sampai dia tertidur pulas di samping Reza dengan posisi berhadapan dan wanita itu memeluknya. Posisi keduanya, masih sama-sama tanpa sehelai pun kain yang membungkus tubuh mereka. Reza yang masih terjaga, setia memandang pemandangan di depannya yang sudah berhasil memuaskan hasrat nafsunya. Mengusap sedikit keringat di pelipis kepala Mitha, suaminya itu lalu mencium kening istrinya, lama.
"Terima kasih, Istriku," lirihnya pelan. Ia merapikan rambut Mitha yang sedikit berantakan. Rasanya tenang memperhatikan wajah teduh itu yang mengeluarkan napas teratur. Pipinya yang mulus, hidungnya yang kecil dan panjang, bibirnya yang berwarna merah muda, dan leher yang menampilkan bekas-bekas merah di sana-—-perbuatan Reza.
Jarum jam terus melaju dan Reza masih memandang wajah istrinya begitu lekat. Sungguh ia akui, dia tidak ingin kehilangan wanitanya. Dia tidak ingin jika suatu saat berpisah dengan Mitha.
Mitha, semoga kita bisa terus bersama, batin Reza mengeluarkan harapannya.
Sampai jarum pendek itu menunjuk ke angka sebelas. Reza masih tak berkutik dan berada di depan wajah istrinya. Merasakan napas yang begitu dekat, Mitha tiba-tiba terbangun dari tidurnya.
"Mmm. Belum tidur?" tanyanya menuju sadar.
Reza menggeleng pelan.
"Tidurlah." Mitha mendekatkan diri sampai tubuh keduanya menyatu. Reza mengurung Mitha di dekapannya.
Beberapa detik merasakan suaminya yang belum tertidur, Mitha lalu membuka matanya lagi lantas mendongak menatap mata suaminya.
"Kenapa? Susah tidur, ya?"
"Heem." Reza mengangguk kecil.
"Tidur. Kalau nggak, nanti ada yang ngeliat kamu di pojok sana."
"Sssst! Jangan menakut-nakuti saya." Reza mempererat pelukannya dan memejamkan mata. Mitha menahan tawa.
"Terima kasih," ucapnya memandang Reza. Sedang pria itu terus memejam tetapi kemudian menjawab.
"Untuk?"
"Untuk malam ini."
"Malam ini apa?"
"Iya, malam ini."
"Ada apa dengan malam ini?"
"Hal istimewa."
"Apa itu?"
"Kamu."
Reza membuka kelopak mata. Ia tersenyum dengan perlahan, itu terkesan manis.
"Oh iyah. Aku belum nerima tantangan dari kamu. Jadi, apa tantangannya?"
"Besok saja," jawab Reza.
"Sekarang. Cepet katakan."
"Besok pagi, ya."
"Sekaraaang!"
"Hmmm ...." Reza lalu berpikir apakah ia akan memberitahu tentang permintaannya untuk mengajak Mitha honey moon? Tantangannya wanita itu harus mau dan setuju, tapi apakah semudah itu? Kata honey moon rasanya takut sekali ia katakan. Takut menyingung tentang asmara hubungan suami istri yang seolah baik-baik saja lalu Reza berani mengajaknya berlibur. Namun, bukankah mereka saat ini memang sudah lebih baik? Buktinya Mitha sudah berani melakukan hubungan badannya kali ini, tetapi ah kenapa sulit sekali memikirkannya. Pikiran Reza seperti puzle yang tak tersusun. Yang jelas semua mendominasi ke rasa khawatir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka [End]
RomanceKupikir, Riko adalah orang yang tepat untukku. Kami sudah menjalin hubungan hampir tiga tahun. Akan tetapi, waktu bukanlah penentu. Selama apa pun sebuah hubungan jika Tuhan berkata tidak maka aku tidak bisa mengelak. Semua bermula setelah satu kefa...