[45] Empat Puluh Lima : Berubah

1K 48 3
                                    

"Reza tolong tarik itu!" Mitha menunjuk sprei ujung kasurnya yang baru saja ia ganti dengan yang baru. Ia merapikan bagian dekat kepala kasur. Reza membantunya di sisi lain. "Sip. Selesai." Mitha menepuk-nepuk telapak tangannya.

"Katanya ingin menonton bioskop. Sekarang sudah beres semua, 'kan?" ujar Reza.

Setelah melirik jam dinding Mitha pun kini mengangguk. "Yaudah, yuk!" Ia lantas berlari menghampiri Reza lalu menarik tangannya untuk keluar kamar. Reza memperhatikan uluran tangan Mitha yang saat ini memegang tangannya, menariknya dengan semangat. Hati Reza senang rasanya. Mitha kali ini menjadi lebih baik.

Kini, sepasang suami istri itu tengah mendorong semua sofa ke sudut tembok. Rencananya, Mitha dan Reza akan menonton film horor yang akan tayang di televisi malam ini. Jadi Mitha berniat menontonnya bersama Reza dengan posisi duduk di lantai. Dengan karpet berbulu yang Mitha ambil dari kamarnya. Meletakkan beberapa bantal dan guling, lalu membawa cemilan makanan ringan serta minumannya. Tak lupa, ia mematikan lampu agar suasana mendukung. Cahaya kini hanya bersumber dari layar televisi yang menyorot.

Usai menyiapkan semua itu, Mitha seketika bertepuk tangan. "Aaah, nggak sabar. Ayo! Sebentar lagi akan dimulai. Pindahkan chanel-nya!" seru Mitha lalu mengambil posisi duduk. Ia menarik selimut di dekatnya. Berancang-ancang agar Reza tidak menyembunyikan wajahnya ketika ketakutan dan mengenakan benda itu, ya, pasalnya Mitha masih ingat bahwa Reza tak menyukai film horor. Tapi kali ini, lagi-lagi pria itu menuruti kemauan istrinya untuk ditemani.

"Siniii, duduk!" Mitha menarik kaki Reza yang sedari tadi berdiri di dekatnya.

"Saya sambil rebahan saja, ya." Reza tersenyum dan menarik bantal. Ketika pria itu mengambil posisi tidur, bantalnya tiba-tiba ditarik oleh Mitha membuat pria itu mengaduh kesakitan saat kepalanya terjatuh. Sementara itu Mitha terbahak. Ia lalu menggeleng.

"Belum waktunya tidur! Lima menit lagi film-nya dimulai. Kamu jangan bikin aku berubah pikiran dan ninggalin kamu sendirian di sini!" Mata Mitha membeliak mengisyaratkan ancaman kepada Reza. Faktanya, ia merasa mood-nya sedang baik, jadi Reza seharusnya jangan merusak!

Pria itu mendesah pasrah. Ia bangkit dari posisi tidurnya. Duduk seraya memeluk kedua lututnya, bak berada di hamparan pasir di mana di depan sana terdapat sebuah pantai yang indah. Namun, Reza hanya menikmati sebuah pantai yang tampil di sebuah iklan di depannya saat ini.

"Kapan-kapan kita ke pantai, ya," guman pria itu. Mitha tertawa karena merasa pikiran pria itu tengah terbawa karena sebuah iklan.

"Boleh. Kamu yang bayar."

"Memang kapan kamu yang bayar? Selama ini saya yang sering melakukannya, kan." Reza melirik istrinya. Bersamaan dengan itu Mitha memasukkan makanan ke mulutnya. Pria itu langsung mengunyahnya. Mitha terkekeh saja tanpa membalas kalimat Reza. Memandang senyum itu, membuat Reza bersyukur kali ini. Entah apa yang membuat wanita itu seketika berubah 180 derajat menjadi ke sikap awal, tak peduli, yang penting kali ini ia berharap ke depannya Mitha akan terus seperti ini.

Reza seketika menyenderkan kepalanya ke bahu kiri Mitha. Beberapa detik sebelum film horor dalam televisi dimulai. Reza menjadi semakin mendekatkan diri ketika mendapat awalan yang menyeramkan.

"Hati-hati. Biasanya orang takut mudah didekati," bisik Mitha.

"Didekati ... apa?"

"Han ... tuuu ...."

"Mitha!" Reza langsung merapatkan kedua tangannya di tubuh istrinya. Detik itu juga Mitha tertawa puas. Penakut sekali pria di sampingnya ini.

"Aku nggak sedang berbohong. Biasanya---"

"Ssst. Jangan berusaha menakut-nakuti saya. Atau saya balas nanti!"

"Mau balas dengan apa? Nggak ada yang aku takuti, wleee."

Luka [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang