Restoran Se Chuan Koan

282 3 0
                                    

Suara langkah kaki, menyadarkan Tan Leng Ko dari lamunannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara langkah kaki, menyadarkan Tan Leng Ko dari lamunannya. Dilihatnya, Khu Han Beng sedang berjalan menghampiri kamarnya. Tangan kanannya memegang kantong kain yang memancarkan cahaya kelap kelip bergantian. Sekitar tiga langkah dari kamar, Khu Han Beng menghentikan langkahnya. Badannya memutar perlahan. Matanya langsung menatap kearah Tan Leng Ko yang duduk diatas wuwungan rumah dalam kegelapan. Jantung Tan Leng Ko berdetak lebih cepat. "Apa bocah ini mengetahui kehadiranku?" pikirnya. Kebetulan ia mengenakan pakaian berwarna gelap. Jarak dari tempat ia duduk mencapai puluhan kaki ke kamar Khu Han Beng. Awan gelappun menutupi sinar bulan. Tapi bocah ini seperti mengetahui kehadirannya.

"Apa Tan toako yang berada disana?" tanya Khu Han Beng perlahan. Setelah menghela napas, Tan Leng Ko meloncat turun persis di depan Khu Han Beng. "Apa kau mempunyai mata malam?" tanya Tan Leng Ko dengan cepat. Khu Han Beng tersenyum.

"Kulihat guci yang pecah itu, mengeluarkan bau harum arak Tiok Yap Jing. Kutahu hanya beberapa orang saja yang mampu meminum arak mahal itu. Lagipula dari kelebatan kilat tadi, kulihat seperti ada orang yang sedang duduk di atas genteng." "Darimana kau tahu itu aku? " Yang dapat meloncat setinggi itu, tentu Tan toako adanya".

Tan Leng Ko ikut tersenyum: "Pengetahuanmu mengenai arak, ternyata tidak sedikit"

Sambil tertawa, Khu Han Beng berkata: "Sayang kesempatanku untuk minum, sangat sedikit" "Jika kau tidak melapor pada yaya-mu, tentu kuundang kau minum barang secawan" bisik Tan Leng Ko. Sambil menengok kekanan kekiri, Khu Han Beng ikut berbisik: "Kalau cuma secawan, aku tidak mau minum" Tanpa dapat dicegah, Tan Leng Ko tertawa keras: "Benar! Kalau hanya secawan, akupun tidak mau minum" Diam diam Khu Han Beng merasa geli, melihat kelakuan Tan toakonya yang setengah mabok. "Kau habis dari mana?" tanya Tan Leng Ko setelah tertawa. Khu Han Beng mengangkat tangan kanannya,

"Hari ini banyak sekali kudapat. Bukankah mereka sangat indah?"

Dari celah kantung kain, Tan Leng Ko dapat melihat puluhan kunang kunang yang berterbangan. "Bukan niatku melarang kau untuk bermain, aku kuatir pihak Bwe Hoa Pang tidak tinggal diam. jika kau berniat keluar, sebaiknya membawa beberapa kurir untuk melindungimu" Khu Han Beng mengiakan, kemudian menguap: "Aku mengantuk sekali Tan toako, aku sebaiknya tidur dulu" Melihat sikap bocah itu, Tan Leng Ko merasa saat ini bukan yang tepat. Ia mengurungkan niatnya bertanya. "Kau tidurlah yang nyenyak. Aku akan meronda sebentar" "Selamat malam, Tan toako" setelah berkata Khu Han Beng berjalan ke kamarnya, "Tunggu sebentar!" Khu Han Beng menoleh dan menatap Tan Leng Ko dengan mata penuh pertanyaan.

"Banyak helaian daun menempel dipunggungmu" kata Tan Leng Ko sambil membersihkan. Khu Han Beng mengucapkan terima kasih kemudian menutup kamarnya. Tan Leng Ko menatap helaian daun ditangannya yang mirip dengan helaian daun yang tadi baru saja disapu. Diam diam ia merasa geli. Sumber kekesalan Lo Tong secara tidak sengaja telah ia temukan. Bocah ini tentu menyusup kesana kemari diantara pepohonan, mengejar kunang kunang. Kentongan terdengar berbunyi sebanyak sembilan kali. Tan Leng Ko segera bergerak melakukan tugasnya, mengelilingi perumahan Lok Yang Piaukok memeriksa penjagaan dan keamanan.

Goresan Disehelai DaunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang