Ruang makan hotel yang diditempati Khu Pek Sim, kendati tidak terlalu besar, namun mempunyai satu kelebihan, dibanding tempat makan lain. Ruang makan ini selalu buka. Ada pengunjung atau tidak, tempat ini tidak pernah tutup.
Lucunya, pada saat jam makan, tempat ini justru jarang sekali dikunjungi orang. Tempat ini memang bukan terkenal atas makanannya yang lezat. Tempat ini dikenal karena araknya, segala jenis arak mudah didapat ditempat ini. Dengan sendirinya, tempat ini cukup ramai, terutama setelah lewat larut malam. Entah mungkin karena hujan, malam ini ruang makan ini hanya diisi oleh enam orang. Seorang pelayan berusia muda yang sedang duduk mengantuk. Seorang kakek tua berjenggot, dan bersenjata tombak. Dan empat orang yang duduk bersama mengelilingi sebuah meja.
Khu Pek Sim meletakkan tombaknya dikursi samping. Matanya melirik keempat orang itu sekejab. Dalam sekali pandang saja, cukup baginya untuk menarik kesimpulan, empat laki laki itu kalau bukan pencoleng, tentu perampok. jenis orang yang berkunjung kesini, kebanyakkan memang lelaki. jenis lelaki yang gemar mencari gara gara. Jarang sekali orang baik baik keluyuran dimalam hari. Kendati gemar mencari gara gara, hampir tidak pernah, mereka mencari perkara ditempat ini. Mereka segan berurusan dengan Chin Toa Li, pemilik tempat ini. Khu Pek Sim kenal Chin Toa Li, seorang saudagar kaya yang berpengaruh. Dia mempunyai banyak jenis usaha, yang menyebar dibanyak kota. Otomatis, usahanya memerlukan jasa pengangkutan barang.
Saudagar Chin Toa Li adalah salah satu langganan utama Lok Yang Piaukok. Walau Chin Toa Li pemilik tempat hotel ini, dia tidak tinggal disini. Dia tinggal di gedung besar disebelah kediaman Bupati Po Ting. Sore ini, rombongan Khu Pek Sim baru saja menghantar dua laksa tahil emas ke gedung kediaman Chin Toa Li. Gedung mewah yang memiliki duapuluh tiga kamar. Kamar yang banyak kosong, namun Khu Pek Sim tidak ditawarkan untuk menginap disana. Khu Pek Sim jarang ke kota Po Ting, hubungannya dengan Chin Toa Li sebatas profesi, tidak lebih. Setelah selesai dengan urusannya, Khu Pek Sim meminta Cu Goan untuk memimpin para kurir segera kembali ke Lok Yang saat itu juga. Perintah yang dianggap janggal oleh Cu Goan. Biasanya setelah menghantar barang, mereka akan beristirahat paling tidak satu hari sebelum kembali pulang. Apa perintah ini berhubungan dengan orang baju putih itu?
"Aku tidak ingin meninggalkan Bos sendirian" kata Cu Goan kuatir. Terharu hati Khu Pek Sim atas kesetiaan Cu Goan. Setelah diam sejenak dengan tegas dia berkata, "Aku ingin kau melaksanakan perintahku tanpa membantah. Walau kau belum lama bekerja di Lok Yang piaukok, kuyakin atas kemampuanmu memimpin mereka pulang". Cu Goan menatap Khu Pek Sim sesaat, ia tidak berani membantah atau bertanya. Ia segera mengajak para kurir berangkat meninggalkan Khu Pek Sim sendirian di kota Po Ting. Suara tawa yang kasar, menyentakkan Khu Pek Sim dari lamunannya. Entah sejak kapan, meja empat orang itu telah ketambahan dua orang yang duduk bergabung. Entah apa yang mereka bicarakan, sebentar saja terdengar suara umpatan, diselingi suara gelak tawa terdengar disana sini. Seorang diantara mereka yang brewokan, tertawa paling keras.
Khu Pek Sim tidak menghiraukan mereka, ia hanya menuang arak ke pocinya dan meminumnya perlahan. Pikirannya kembali menerawang. Orang berbaju putih itu berkata akan merampas barang antarannya. Berarti barang itu harus didapati olehnya dengan segala cara. Tanpa kuatir, orang itu meninggal chekkepadanya. Tentu dikarenakan dia mempunyai persiapan yang cukup, sehingga dirinya tidak dapat lolos dari jaringnya. Ditinjau dari kedahsyatan tendangan orang itu, Khu Pek Sim maklum, dirinya bukan tandingan orang berbaju putih itu. Jika terjadi pertarungan, paling banyak hanya akan memakan korban yang sia sia. Itulah sebabnya, dia menyuruh anak buahnya pulang, agar perhatian orang itu hanya terpusat padanya seorang.
Seorang berbaju putih melangkah masuk dan memilih duduk didepan Khu Pek Sim. Tanpa berbicara, Khu Pek Sim menuangkan arak ke poci dan menyodorkan kepadanya. Orang itu langsung meminum habis dalam satu kali tenggak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Goresan Disehelai Daun
Mystery / ThrillerSetelah terdiam sejenak, ia melanjutkan, "Ilmu yang sedang kulatih bernama Bu Kek Kang Sinkang, ilmu ke tujuhpuluh tiga yang diciptakan Tatmo Couwsu." Pek Bin Siansu terkesima, dari kecil ia tinggal di Shaolin. Dia yakin betul Tatmo Caouwsu, pendiri...