"Sebuah ganti rugi yang benar benar bikin rugi!" tiba tiba terdengar suara dari ruangan dalam. Diam-diam Tan Leng Ko menarik napas lega melihat kehadiran Khu Han Beng yang mendekati mereka dengan tenang. Matanya memandang bocah itu bertanya tanya, tapi Khu Han Beng hanya menjawab dengan sedikit mengangguk padanya.
"Bocah kau harus belajar banyak. Dalam hitungan dagang jika aku untung, tentu saja kau yang merugi"
"Ucapan bagus. Sedikit sekali yang paham, berdagang sebetulnya sama dengan berjudi, yang satu menang yang lain pasti kalah. Selama ini, aku memang curiga dengan dalil sama-sama untung" kata Khu Han Beng tawar.
Berkedutan mata nenek bongkok mendengar cara Khu Han Beng berbicara, ia merasa tertarik. "Ditilik dari ketenanganmu, apa kau si bocah iblis yang telah mengutungi Hoa-ji?"
Khu Han Beng tidak langsung menjawab, ia termenung sejenak. Kemudian berkata: "Pertanyaanmu tidak menarik. Aku tidak begitu suka ditanya, juga tidak gemar menjawab" "He...he..he, kecil-kecil sombong sekali kau, apa kau mengandalkan jumlah mereka yang banyak?"
Khu Han Beng menoleh ke belakang kepada para kurir yang berdiri dengan wajah tegang. "Kalian sebaiknya berisitirahat masuk ke dalam" katanya perlahan. Para kurir tidak segera melakukan ucapan Khu Han Beng, malah memandang bocah itu dengan bingung.
"Kalian cepat ikuti perintah Han Beng-sauya" bentak Tan Leng Ko pada mereka.
Tergopoh-gopoh mereka masuk ke dalam, dalam keadaan tidak mengerti apa yang sebenarnya bakal terjadi. Tak terasa seruan heran keluar dari mulut nenek bongkok. "Apa kepandaian kalian begitu hebat, menghadapi kami yang sebanyak ini hanya berdua?"
"Tidak berdua, dia maju sendirian" kata Tan Leng Ko sambil mengundurkan diri, berdiri di belakang Khu Han Beng.
Nenek bongkok menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal, dia agak tidak mengerti. Dia yakin bocah ini adalah bocah yang seperti dituturkan Hoa-ji murid Ketuanya. Yang kata suhengnya memiliki ilmu sihir, tapi misalnya bocah ini memiliki kepandaian seperti iblispun juga mustahil rasanya menghadapi rombongannya hanya sendirian.
"Sebaiknya kita membicarakan pembayaran pokok hutangnya dulu, rentenya dapat kita bicarakan kemudian" kata Khu Han Beng perlahan,
"Itupun boleh, seperti kukatakan tadi, aku bukan orang yang serakah. Kau bebas memilih, potong tangan kiri atau tangan kananmu dulu".
Dengan lambat, Khu Han Beng mengeluarkan golok kayu dari balik bajunya. Matanya tidak bergerak, menatap ujung golok. Kecuali ibu jari kiri yang mengelus perlahan mata golok kayunya yang tumpul, tubuhnya tidak ada yang bergerak. Lapat-lapat semacam hawa yang menggiris tajam, lebih tajam dari sebuah golok mustika, keluar dari tubuhnya menggulung ke arah nenek bongkok.
"Awas, Ketua Hu-!" terdengar suara kaget dari dalam tandu.
Terlambat!
Yang terlihat hanya sebuat kilatan benda berwarna kayu, tahu-tahu nenek bongkok yang dipanggil Ketua Hu- terhuyung, darah merah mengalir deras membasahi bajunya. Tongkat kayunya jatuh ke tanah terpotong-potong beserta tangan kanannya yang putus sepenggal bahu! Tampaknya tidak ada seorangpun yang tahu dengan gerakan apa Khu Han Beng telah memotong lengan nenek bongkok!
KAMU SEDANG MEMBACA
Goresan Disehelai Daun
غموض / إثارةSetelah terdiam sejenak, ia melanjutkan, "Ilmu yang sedang kulatih bernama Bu Kek Kang Sinkang, ilmu ke tujuhpuluh tiga yang diciptakan Tatmo Couwsu." Pek Bin Siansu terkesima, dari kecil ia tinggal di Shaolin. Dia yakin betul Tatmo Caouwsu, pendiri...