Ular Hek Pek Coa

202 4 0
                                    

Tan Leng Ko meletakkan kepalanya yang miring diatas dada Giok Hui Yan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tan Leng Ko meletakkan kepalanya yang miring diatas dada Giok Hui Yan. Ia mengisak dengan perlahan, air matanya bercucuran dengan deras. Ia memang baru kenal dengan gadis ini. Tapi Tan Leng Ko tidak dapat mengingkari, dari cara tutur kata gadis ini yang nakal, mau tidak mau telah menimbulkan suatu ciri khas di lubuk hatinya. Bukankah kata kata tidak hanya dapat menggugah perasaan melainkan juga mempunyai pengaruh kuat terhadap tingkah laku seseorang?

Mendadak telinga Tan Leng Ko menangkap suara detak jantung yang lambat dan terdengar lemah sekali. Bergetar tubuh Tan Leng Ko menahan perasaannya yang terguncang. Giok Hui Yan belum mati! Cepat Tan Leng Ko memeriksa nadi Giok Hui Yan lebih seksama. Ternyata urat nadi dipergelangan tangan Giok Hui Yan telah tergeser dari tempatnya, hingga Tan Leng Ko tidak merasakan denyutnya.

Walau belum tewas, Tan Leng Ko maklum keadaan Giok Hui Yan kritis sekali. Ia harus memberi pertolongan secepat mungkin sebelum terlambat! Hanya bagaimana caranya? Luka gempuran tenaga sakti biasanya dapat disembuhkan oleh obat mustika. Obat mustika semacam ini selain dia tidak punya, tabib di Lok Yang Piaukok juga tidak memiliki. Ia cukup paham, umumnya, obat seperti itu memang sukar diperoleh!

"Apa harus membawanya ke gunung bunga putih?" gumamnya dalam hati. Gunung bunga putih, atau Pek Hoa San merupakan tempat tinggal sepasang tabib suami istri yang beradat aneh. Mereka dengan senang hati menyembuhkan penyakit penduduk sekitarnya, tapi enggan menolong orang persilatan. Mereka beranggapan, orang yang berkecimpung di rimba persilatan sudah sepantasnya mampus. Mereka seperti tidak ingat, bahwa merekapun orang persilatan, bahkan berkepandaian tinggi. Jarang sekali yang mencari gara gara dengan mereka, jika tidak terlalu terpaksa. Tan Leng Ko tidak takut perkara, hanya kuatir dengan kondisi Giok Hui Yan yang buruk, mungkin waktunya sudah tidak keburu.

Walau Pek Hoa San tidak terlampau jauh dari Lok Yang, pergi kesana dengan kereta, tetap akan memakan dua hari. Dua hari yang ia tidak miliki! Semacam pikiran aneh berkelebat dibenaknya. Setelah menimbangnya sejenak, ia bergumam, "Apapun juga aku harus mencobanya" Bergegas Tan Leng Ko sambil menggendong Giok Hui Yan meloncat ke atas tembok di ujung gang buntu kemudian meniti dan melayang masuk perkarangan belakang toko buku Gu-suko.

Ia sudah tidak menghiraukan apakah jebakan maut sedang menunggunya atau seorang sakti yang dapat memusnahkan kepandaiannya. Ia harus dapat berjumpa dengan orang sakti itu yang mungkin mempunyai kemampuan untuk menyembuhkan luka Giok Hui Yan dengan tenaga dalamnya. Yang menyambut kedatangan mereka hanya keheningan dan angin utara yang bertiup perlahan. Tan Leng Ko berdiri termangu ditengah perkarangan yang cukup luas. Perkarangan yang dipenuhi rumput botak yang sudah layu kecoklatan, ciri dari pergantian musim. Diujung sebelah kiri, dekat sebuah pohon yang masih rindang, terdapat sebuah naungan jalan yang menuju kebelakang sana. Disalah satu deretan tiang naungan jalan, terikat seekor ular sebesar lengan manusia.

Ular itu tidak terlalu panjang, dan juga tidak terlampau pendek. Bersisik putih, kontras sekali dengan bola matanya yang merah. Melihat kedatangan Tan Leng Ko, ular itu mendongakkan kepalanya memandang curiga. Terdengar suara desis diiringi uap putih yang keluar dari mulut ular itu. Setengah badannya berdiri tegak, lidahnya keluar masuk dari rongga mulut yang berwarna hitam. Tan Leng Ko belum pernah melihat ular sejenis ini. Setahunya, ujung ekor ular meruncing, ujung ekor ular ini justru pipih melebar. Cabang lidahnya juga tidak umum, yang satu berwarna hitam, dan yang satu lagi berwarna putih. Benar benar seekor ular yang aneh, tapi bukan hal ini yang membuat Tan Leng Ko termangu. Yang menarik perhatiannya, justru pohon yang masih rindang itu! Ia tidak kenal nama pohon itu, tapi ia cukup mengenal daun yang berbentuk lebar itu. Daun yang ujung tangkainya akan meneteskan getah jika dipetik. Tan Leng Ko yakin, jenis daun ini yang telah menutupi kipas pemuda yang bernama Bok Siang Gak.

Goresan Disehelai DaunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang