Hujan sudah lama berhenti. Sinar bulan purnama menyinari jalan yang dilalui Buyoung Hong dan Khu Pek Sim. Buyoung Hong mengenali jalan ini. Pohon yang ditendangnya kemarin sore masih menggeletak dipinggiran jalan.
"Nampaknya kau enggan memberitahu, kemana sebenarnya tujuan kita pergi?" tanya Buyoung Hong dengan perlahan. Khu Pek Sim mau tidak mau kagum atas kesempurnaan tenaga sakti Buyoung Hong. Kuda yang dikendarai Buyoung Hong berada dibelakangnya, toh dia dapat mendengar jelas, ucapannya yang melawan angin kencang.
"Orang Lok Yang Piaukok saja tidak ku beritahu, bagaimanapun juga itu merupakan rahasia perusahaan"
Buyoung Hong tertawa, memang dia tidak tahu banyak mengenai usaha piaukok. Tapi ia dapat menduga, kesuksesan usaha macam itu tergantung dari kemampuan menutup mulut. Jika tidak dapat menjaga rahasia, tentu para langganan bakal kabur. Tiba tiba Khu Pek Sim menarik tali kendali kudanya. Karena kaget, kuda itu meringkik keras dengan mengangkat kedua kakinya. Dengan sigap, Buyoung Hong membimbing kudanya menghindari tubrukan. Baru ia hendak bertanya, mendadak hidungnya mencium bau anyir.
Bau anyir darah yang dibawa hembusan angin malam, datang dari depan sana. Khu Pek Sim turun dari kudanya diikuti oleh Buyoung Hong, dengan cepat mereka berjalan maju dengan sikap waspada.
Dibawah terangnya bulan, terlihat sebuah kereta barang dengan bendera Lok Yang Piaukok berkibar dengan kencang. Bau anyir tersebut bukan ditimbulkan oleh kereta itu, melainkan dari tubuh tubuh yang bergelimpangan disekitar kereta barang. Wajah Khu Pek Sim menjadi pucat, bibirnya bergetar menahan kemarahan, dengan melotot dia memandang Buyoung Hong yang nampak terkejut, "Kau...kau telah membunuh mereka!"
Buyoung Hong cepat mengelak serangan tombak Khu Pek Sim yang datang bertubi tubi. Ditilik dari serangannya yang tanpa menghiraukan keselamatan dirinya, Buyoung Hong maklum, Khu Pek Sim bertekad untuk mengadu jiwa dengannya.
"Bukan aku yang membunuh mereka!" teriak Buyoung Hong sambil melangkah ke kiri menghindari tusukan tombak yang mengarah ke lehernya. Badannya memutar ke kanan setengah lingkaran dengan pergelangan tangan kiri menepis sisi batang tombak yang segera direbut dengan paksa.
"Kau bohong!" kata Khu Pek Sim dengan geram. Tangannya membuat gerakkan cakar, memukul ulu hati Buyoung Hong dengan jurus harimau kumbang mencuri hati, Hek Hou Tau Sim . Buyoung Hong tidak mengelak serangan itu. Ia hanya mengerahkan tenaga saktinya melindungi bagian itu.
"Breeet...!" Kulitnya lecetpun tidak, hanya bajunya tersobek. Khu Pek Sim menghentikan serangannya. Ia menatap robekkan baju ditangannya, "Kenapa kau tidak menghindar?" tanyanya dengan parau.
Buyoung Hong menggeleng, "Aku enggan berkelahi, dengan kakek dari murid guru besar Goan Kim yang kuhormati" kata Buyoung Hong mengakui.
Dengan muka sedih dan masih mengandung marah, ia bertanya, "Dapatkah kau buktikan, kalau bukan kau yang membunuh mereka?"
"Tidak dapat! Tapi, aku tentu menolak melewati jalan ini, jika aku yang telah membunuh mereka" katanya serius sambil menatap tajam Khu Pek Sim. Yang dipandang mau tidak mau mengakui, memang selama perjalanan bersamanya, Buyoung Hong tidak menunjukkan sikap sikap yang mencurigakan. Paling tidak, ia tidak melihat sikap kaget Buyoung Hong, suatu sikap pura pura.
"Sebaiknya kita periksa mereka, siapa tahu kita dapat menentukan siapa pembunuhnya" bujuk Buyoung Hong dengan lembut.
Khu Pek Sim menghela napas, ia pun tahu mayat kadang dapat berbicara, asalkan kau tahu cara mendengarkannya. Mereka mengumpulkan mayat mayat para kurir menjadi satu. Setelah dihitung ternyata berjumlah sembilan belas orang.
"Satu orang nampaknya berhasil meloloskan diri" gumam Buyoung Hong perlahan. Khu Pek Sim tidak menjawab, hanya mengangguk sedikit. Tubuhnya berjongkok, Matanya berkaca kaca, ia menangis tanpa suara. Buyoung Hong tidak ingin menganggu Khu Pek Sim yang sedang meratapi anak buahnya, ia menyibukkan diri dengan memerika mayat mayat tersebut dengan teliti. Ia berjongkok disalah satu mayat yang terletak paling ujung, tangan Buyoung Hong menyingkap baju mayat tersebut. Sebuah luka tipis sekali menggaris miring dibagian dada sebelah kiri, disekitar jantung. Anehnya, wajah mayat mayat itu seperti tersenyum penuh dengan kedamaian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Goresan Disehelai Daun
Mystery / ThrillerSetelah terdiam sejenak, ia melanjutkan, "Ilmu yang sedang kulatih bernama Bu Kek Kang Sinkang, ilmu ke tujuhpuluh tiga yang diciptakan Tatmo Couwsu." Pek Bin Siansu terkesima, dari kecil ia tinggal di Shaolin. Dia yakin betul Tatmo Caouwsu, pendiri...