Pencurian di Shaolin

655 10 0
                                    


Udara siang hari cerah. Langit biru bersih dari awan berpadu warna daun kuning kecoklatan yang berhamburan disekitar kuil Shaolin. Pemandangan indah awal musim gugur, sejuknya angin lembut yang menghempas, biasanya mengandung kekuatan aneh, yang bisa menghanyutkan perasaan seseorang hingga lupa dari masalah.

Sayangnya, Biksu Pek Bin Kepala kuil Shaolin generasi kini, sedang berkonsentrasi terhadap urusan lain. Urusan yang dapat menimbulkan keangkeran ketua Shaolin beserta 108 anggota Lo Han Tin yang melangkah perlahan dibelakangnya. Tidak seorangpun menghiraukan pemandangan indah disekelilingnya. Mereka seperti menanggung beban berat. Ditilik dari usia mereka yang diatas 50 tahun, tentu berbekal kekuatan batin paling tidak hasil latihan puluhan tahun, namun mereka tetap tidak berhasil menghilangkan rasa kuatir, malu, geram yang jelas tertera di wajah mereka.

Jumlah mereka tidak sedikit, namun mereka berjalan tanpa menimbulkan suara, bergerak kearah belakang kuil dan berhenti didepan pondok mungil tapi terawat. Pondok itu terbuat dari bambu, dengan sebuah pintu ditengah yang tertutup rapat. Sangat menyolok bedanya dengan bangunan Shaolin yang lain yang dibuat dari batu yang kokoh. Walau terawat, bagaimanapun juga pondok itu kelihatan sudah tua sekali, terlihat lapuknya batang bambu disana sini. Siapapun penghuninya, tentu usianya sudah tidak muda. Sekitar sepuluh kaki dari pondok itu, Biksu Pek Bin menghentikan langkahnya. "Murid mohon maaf yang telah menganggu Uwa Guru dari ketenanganya" lirih Biksu Pek Bin perlahan.

Hanya satu kali Biksu Pek Bin berseru. Nampaknya tidak berminat untuk mengulangi ucapannya. Ia hanya diam mematung. Tidak seorangpun bergerak maupun bersuara. Hanya gerak jubah dan suara pakaian yang tertiup angin mengisi kekosongan yang mencekam. Waktu seakan berhenti, toh tetap tidak dapat mencegah turunnya matahari ke arah barat. Sudah lima kentungan berbunyi, sore hari telah tiba. Pemandangan ratusan orang berdiri bagaikan patung tidak juga berubah. Seekor burung gagak hitam hinggap di pundak Biksu Pek Bin. Bertengger dengan tenang sambil menguak suaranya yang khas. Apakah bayangan kematian mulai menghantui Shaolin? Timbul perasaan yang sukar dijelaskan di hati kecil Biksu Pek Bin. Apakah ia mengambil keputusan yang tepat? Burung gagak terbang terlonjak kaget ketika pintu pondok berderit terbuka dan sesosok tubuh berkelabat cepat didepan Biksu Pek Bin.

Tubuh kurus dibungkus baju biru lusuh duduk bersila diatas sehelai ikat pinggang yang panjang menegak lurus kebawah menusuk batu keras di pelantaran Shaolin. Tubuh kakek tua itu yang hanya ditopang kain yang mengeras, mengambang dan bergoyang mengikuti geraknya angin gunung. Sungguh mengagumkan kesempurnaan tenaga dalam kakek tua itu. "Selamat atas keberhasilan Uwa Guru yang telah melatih Siau Thian sinkang ketingkat yang sempurna" kata Biksu Pek Bin sambil menjura.

Guru besar Goan Kim, Uwa Guru Biksu Pek Bin, menghela nafas, "Aaai... masih jauh dari berhasil, puluhan tahun kucoba, baru menyelesaikan tingkat tiga, setelah mencapai tingkat delapan baru ilmu ini sempurna. Sayang aku kurang berbakat". Biksu Pek Bin mengangkat kepalanya dengan kaget. Guru besar Goan Kim terkenal sebagai manusia yang paling berbakat di Shaolin selama seratus tahun terakhir. Sepengetahuannya, sepanjang sejarah, dialah satu satunya yang dapat menguasai 72 macam ilmu kepandaian Shaolin sekaligus. "Maaf Uwa Guru, bukankah suhu dapat menyempurnakan Siau Thian Sinkang hanya dalam sepuluh tahun?".

Goan Kim Guru besar tersenyum," Suhumu memang memerlukan sepuluh tahun untuk melatih Siau Thian sinkang, hanya bukan ilmu itu yang sedang aku latih." Setelah terdiam sejenak ia melanjutkan, " ilmu yang sedang kulatih bernama Bu Kek Kang sinkang, ilmu ke-73 yang diciptakan Tatmo cowsu".

Biksu Pek Bin terkesima, dari kecil ia tinggal di Shaolin, dia yakin betul pendiri Shaolin menciptakan 72 macam kepandaian. Dari mana datangnya Bu Kek Kang sinkang, ilmu ke tujuhpuluh tiga? Seperti memaklumi kebingungan muridnya, Guru besar Goan Kim menjelaskan "Kecuali Tatmo Cowsu belum pernah ada yang berhasil menguasi ilmu ini. Tidak heran kau walau sebagai ketua pun tidak pernah mendengarnya. Nampaknya ilmu ini akan ikut terkubur bersamaku".

Goresan Disehelai DaunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang