Kelopak mata itu terbuka dengan perlahan. Nampak taburan bintang gemerlapan memenuhi angkasa. Suara burung hantu disahuti oleh binatang malam lainnya, menyadarkan Khu Pek Sim dari tidurnya. Mereka menginap dipinggir sebuah hutan di sebuah lereng gunung yang Khu Pek Sim tidak tahu namanya. Matanya yang masih mengantuk melirik sebentar kepada kedua ekor kuda mereka yang sedang memakan rumput dengan tenang. Setelah menggeliat badan, ia menghampiri Buyoung Hong yang sedang menyusun ranting kayu sehingga nyala api unggun jauh lebih terang. "Kuheran dengan kelakuanmu" kata Khu Pek Sim sambil meneguk guci arak yang disodorkan Buyoung Hong. Beberapa guci arak mereka peroleh dan mereka bawa dari kereta kuda Lok Yang Piaukok sebelum mereka bakar menjadi abu.
"Kau heran padaku?"
"Kau toh tahu mustika kemala pelangi berada padaku. Kenapa tidak kau rebut saja ketika aku sedang tidur?"
Dengan tertawa Buyoung Hong menjawab, "Aku memang sedang sibuk memarahi diriku. Kenapa tidak main rebut?"
Khu Pek Sim menghela napas, "Ternyata, kau memang bukan seorang yang rendah"
Buyoung Hong ikut menghela napas, katanya perlahan: "Sebetulnya ingin sekali aku menjadi seorang bajingan... sayang aku tidak dapat"
Khu Pek Sim termenung sebentar, kemudian mengangguk, "Yaa, kau memang tidak dapat. Melakukan perbuatan rendah mestinya suatu hal yang mudah. Sedikit yang tahu untuk sebagian orang, hal itu sukarnya bukan main"
"Dia tidak dapat, aku bisa!" tiba tiba terdengar suara dingin dari balik bayangan pohon. Buyoung Hong dengan sigap meloncat menjauhi api unggun, kemudian katanya sambil tertawa dingin, "Kau dapat berada disini tanpa sepengetahuanku, nampaknya kepandaianmu tidak rendah. Kenapa tidak lekas munculkan diri?"
Khu Pek Sim tidak terkejut ketika seorang berkedok muka berjalan perlahan menghampiri mereka. Ia juga tidak kaget mendengar nada suara orang itu yang naik turun. Ia maklum seorang bertenaga dalam tinggi memang dapat mengubah-ubah suaranya. Ia hanya heran dengan kedok orang itu. Kepala orang itu dibungkus seluruhnya oleh bajunya sendiri. Badannya yang telanjang setengah dada kelihatan masih kekar walau kulitnya sudah keriputan, jelas usianya tidak sedikit. Lengan bajunya diikat kencang dibelakang kepala, hanya dua lubang kain disekitar mata yang agak kendur.
Mata orang itu menatap Khu pek Sim dengan tajam, kemudian serunya, "Kau berikan padaku. Kubiarkan kalian hidup"
Sebelum Khu Pek Sim menjawab, Buyoung Hong dengan serius berkata, "Apakah kau berniat bertarung menentukan mati hidup hanya disebabkan sebuah mustika?"
"Benar!' jawab orang itu tegas. Buyoung nampak ragu, lama sekali ia termenung. Akhirnya setelah menghela napas ia berkata, "Baik kuiringi kemauanmu"
Tanpa banyak bicara, orang berkedok itu menyodok keempat jari tangannya yang vertikal lurus ke tubuh Buyoung Hong. Gerakkannya selain cepat juga disertai dengan tenaga penuh. Khu Pek Sim yang yang berdiri tidak jauh dari Buyoung Hong terpaksa ikut menghindar Ketika deru angin pukulan yang dingin terasa mengiris wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Goresan Disehelai Daun
Mysterie / ThrillerSetelah terdiam sejenak, ia melanjutkan, "Ilmu yang sedang kulatih bernama Bu Kek Kang Sinkang, ilmu ke tujuhpuluh tiga yang diciptakan Tatmo Couwsu." Pek Bin Siansu terkesima, dari kecil ia tinggal di Shaolin. Dia yakin betul Tatmo Caouwsu, pendiri...