Sisil memasang wajah julidnya ketika melihat Yesa datang sambil membawa selembar kertas bertuliskan proposal. "Gak ada duit, ngemisnya besok aja."
"Si anjir, janji lo cepetan." ucap Yesa sambil menyodorkan proposal tersebut.
Sisil mendengus tidak terima. "Apa tuh? Lupa."
Yuda dan Ela yang memang sedang bersama Sisil refleks terkikik. Yesa langsung menoleh dan menatap kedua orang tersebut sinis.
"Cepetan Sil, jangan banyak alasan lo deh. Simpan aja alasan lo di pintu neraka nanti." tatapan Sisil berubah horor ketika mendengar ucapan yang Yesa lontarkan, kayanya Yesa mau masuk neraka duluan.
Tidak ingin terjadi pertumpahan darah, Yuda memutuskan untuk bertanya. "Tanda tangan lagi ya Sa?" Yesa mengangguk sebagai jawaban.
Melihat anggukan Yesa, Yuda ikutan mengangguk sambil menepuk bahu Sisil. "Udah si tanda tangan aja, jangan belagu jadi orang." kayanya Yuda bakalan jadi kandidat kedua yang ngeliat neraka duluan setelah Yesa.
Ela diam, gak mau ikut-ikutan.
Sumpah, ini Sisil udah laper dan belum makan apapun dari pagi dan sekarang harus di perhadapkan dengan problem kaya gini.
Dengan malas gadis itu mulai mengambil proposal tersebut, sebelum membubuhkan tanda tangan mahalnya. "Tuh udah, sana jauh-jauh lo. Alergi gue ngeliat muka pas-pasan lo." usirnya.
Yesa berdecih. "Tch, muka sekelas aspal gak usah gegayaan ngehina mahakarya Tuhan yang sempurna ini." balas Yesa songong.
Terdengar kekehan, ternyata Ela yang langsung diam pas Sisil ngeliat dia dengan muka bitchnya.
"Wah gak tau aja muka aspal gini seharinya bisa nerima ratusan orang yang mau jadi calon pacar."
"Kasian kali mereka, takutnya lo gak laku."
Sisil terkekeh sinis sambil menatap Yesa dengan senyumnya. "Gak papa kali Sa, se enggaknya gue gak pernah tuh ngerasain di campakkin cuma karena jabatan." ujarnya tanpa dosa.
Gigi Yesa bergelatuk dengan wajah menahan emosi yang sangat kentara. Kali udah kaya gini, rasanya Yesa pengen banget ngelelehin Sisil di tungku panas.
Perdebatan mereka berdua masih setia di jadikan tontonan gratis oleh Ela dan juga Yuda.
"Tau apa lo emang soal di campakkin?" tanya Yesa.
Sisil mengendikkan bahunya. "Gak tau, kan gue gak pernah ngerasain." jawabnya dengan wajah menjengkelkan.
Yesa terdiam cukup lama. Pemuda itu sedikit lama menatap Sisil sebelum memilih pergi dari sana. Bisa darah tinggi dia kalau lama-lama deket manusia modelan setengah demon kaya Sisil.