Dahi Sisil sedikit mengkerut, tiba-tiba kepalanya terasa pening. Hari ini pengurus OSIS di bebas tugaskan sebagai hadiah sudah melaksanakan tugas mereka dengan begitu baik.
Ya sekalipun ada drama kerusakan karena dua manusia yang rebutan liptint limited edition.
"Kenapa? Jemuran di rumahnya Yuda belum di angkat?" pertanyaan random dari Ela makin membuat kepala Sisil terasa sakit, mau meledak lagi kayanya.
Tidak mendapat balasan dari gadis berponi itu membuat bibir Ela mengerucut. "Mulut lo sekarang udah pake pin ya? Pelit amat cuma mau ngeluarin suara buat jawab pertanyaan gue."
Mendengar ungkapan Ela barusan seketika membuat Sisil menatap gadis itu sinis. "Ogah, yang ada gue bakalan ketularan kegoblokan lo nantinya."
"Idih si dora, ternyata emang bener kalau jodoh kita adalah gambaran dari diri kita sendiri." jawabnya.
"Maksud lo apaan bawa-bawa jodoh, emang lo tau jodoh gue siapa?" tanya Sisil dengan nada menantang.
Tidak mau kalah, Ela mulai memasang mimik yang demi apapun Sisil kesal sendiri ngeliatnya.
"Tau, jodoh lo yang lagi ngintip di luar kelas kan?"
Ucapan Ela membuat Sisil langsung menoleh ke arah yang gadis itu maksud. Dan benar saja di depan sana berdiri Yesa dengan tampang gobloknya.
Ngapain juga tuh manusia pake acara sembunyi norak kaya gitu. Sisil memutar bola matanya malas, ini beneran dia pacaran sama modelan Yesa?
Problemnya, setelah Sisil teliti...pemuda itu berubah drastis ketika sudah resmi menjadi pacarnya. Apalagi Yesa sama Sisil itu chemistry perang dunianya itu dapet banget.
"Ngapain lo ngintip-ngintip di situ?" tanya Sisil.
Yesa langsung menggaruk kepalanya. "Lah emang keliatan dari situ?" malah balik bertanya, Yesa mulai berjalan ke arah kedua gadis itu.
"Dari mana?"
Bukannya menjawab, Yesa justru menarik satu kursi yang berada di samping Ela dan membawanya ke samping Sisil. Pemuda itu mulai duduk dan menyandarkan kepalanya di pundak Sisil.
Wajah Ela terlihat terkejut. "Si anjirr! Namplok tuh Sil, gak ada niat lo mukul pake raket nyamuk?" tanya Ela dengan nada heboh.
"Diem lo lemot!" sergah Yesa sembari melotot.
Ela sendiri langsung menatap ke arah Yesa geli dan kembali menatap ke arah Sisil. "Sil, anjir itu si Yesa gimana bisa namplok gitu anying." kayanya Ela emang ada dendam kesumat sama Yesa.
Sisil sendiri hanya bisa diam-diam mengambil aerphonenya lalu memasangnya dan menyetel lagu agar suara cempreng Ela tidak masuk ke dalam telinganya.
Lagian, mau nolak juga si Yesa bakalan maksa.