what happened

1.3K 216 5
                                    

Gigi Sisil bergelatuk menahan amarah, mata bulatnya terus menatap ke arah sosok Yesa dengan begitu sinis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gigi Sisil bergelatuk menahan amarah, mata bulatnya terus menatap ke arah sosok Yesa dengan begitu sinis. Karena kejadian kemarin, sepertinya Yesa menaruh dendam padanya.

"Yang ini buruan di ketik!"

"Kalau udah langsung lo print!"

"Selesai lo print langsung kasih ke ibu kepsek biar di tanda tangan."

"Panggilin Vania bentar dong."

"Sekalian beliin gue..."

"AKHH!! GUE BUKAN BABU LO ANYING!" teriak Sisil frustasi, bahkan wajahnya sampai memerah.

Yesa terkekeh mendengar teriakan Sisil barusan. Pemuda itu mulai meletakkan pulpennya ke atas meja kemudian mengalihkan tatapannya ke arah Sisil yang sedang meledak-ledak.

"Lo kan sekretaris, ya udah gitu tanggung jawab lo." jawabnya enteng. Sementara Sisil udah emosi sedari tadi plus sumpah-serapah yang terus gadis itu lafalkan di dalam hati.

Sisil mulai memperbaiki tatanan poninya yang sedikit berantakan. "Yang lain okelah, tapi untuk beliin lo susu pisang bukan tugas sekretaris lah."

"Perasaan gue gak ngomong susu pisang deh."

"Bacot lo tai!"

Emang bener kan Yesa gak ngomong kaya gitu.

"Sil..." panggil Yesa menggantung.

Sisil menghela nafas. "Apa lagi? Mau ngebabuin gue lagi lo?" tanya Sisil sedikit emosi.

"Lo tau gak laporan yang lo kerjain tadi tentang apa?" tanya Yesa, Sisil sendiri langsung menggeleng karena emang dia gak merhatiin saking sibuknya di babuin sama ketosnya sendiri.

Terlihat senyum penuh kemenangan terbit di bibir Yesa ketika melihat respon Sisil. "Itu nama-nama yang bakalan ikut kegiatan study tour nanti."

Alis Sisil bertaut. "Lah emang harus di pilih gitu?"

Yesa mengangguk. "Kata Bu Rania harus di pilih, semuanya bakalan ikut sih tapi di bagi beberapa gelombang. Nah, yang tadi lo kerjain itu gelombang pertama." Sisil masih fokus mendengar penjelasan Yesa.

Ekspresi polos Sisil tidak bisa untuk tidak membuat Yesa tidak terkekeh. "Kenapa sih bangsat?!" gregetnya.

"Gini Sil, lo tau kan kalau yang pertama itu sedikit beda dari yang kesekian?" Sisil ngangguk.

Yesa makin terkekeh. "Bakalan lebih-lebih lah." sambungnya, Sisil masih tetap ngangguk...karena apa yang Yesa jelasin emang bener.

Pemuda dengan gigi kelinci itu terlihat mengalihkan tatapannya sebentar sebelum kembali menatap ke arah Sisil. "Lo inget gak lo ngetik nama lo sendiri di situ?" lanjutnya, Sisil masih ngangguk.

HealerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang