lost taste

1.2K 200 12
                                    

Kaki jenjang milik Sisil terus berjalan membelah jalanan kota yang sedikit ramai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kaki jenjang milik Sisil terus berjalan membelah jalanan kota yang sedikit ramai. Gadis itu memutuskan untuk keluar rumah hanya untuk sekedar berjalan-jalan menjernihkan otaknya.

Gadis itu menatap sekitarnya, transportasi dan orang-orang berlalu lalang masuk ke dalam jarak pandangnya.

Sisil sendiri tidak tahu kenapa akhir-akhir ini pikirannya kacau. Dia sudah berusaha untuk mendoktrin dirinya sendiri untuk tidak kembali pada hal bodoh yang sudah setahun yang lalu Sisil usahakan untuk dia hilangkan.

Kakinya terus berjalan sebelum berhenti ketika melihat sepatu yang berdiri tepat di depannya. Sisil mendongak dan langsung memberi tatapan datar ketika gadis itu tau ternyata sosok Pauli lah yang sedang berdiri di depannya.

"Gue lagi gak mau ribut kak, ini tempat umum soalnya." ucap Sisil tanpa banyak intro.

Pauli terlihat memutar bola matanya malas mendengar ucapan Sisil. "Gue gak lagi cari ribut sama lo."

"Ya terus? Ngapain berdiri di situ? Gue mau lewat, sana minggir." jawab Sisil gamblang lengkap dengan wajah songongnya.

Bukannya mengindahkan permintaan Sisil, Pauli justru maju selangkah di depan gadis dengan poni tebal tersebut. Sisil kesal melihat kelakuan gadis di depannya ini tapi dia males ribut.

Untuk menghindari baku hantam, Sisil memilih mencari jalan lain dan berusaha melewati Pauli. Namun belum sempat melewati gadis itu, Pauli justru menahan tangan Sisil.

"Gue kan bilang gue lagi gak mau ribut, lepasin."

Pauli berdehem. "Gue mau ngomong sama lo."

"Dari tadi lo juga ngomong kali." sambung Sisil.

Pauli sedikit menatap Sisil sinis. "Gue serius, gue mau ngomong di sana." ucapnya sambil menunjuk sebuah bangku panjang yang berada di bawah lampu taman.

Karena tidak ingin memperkeruh keadaan, Sisil memilih berjalan lebih dulu kesana di ikuti oleh Pauli di belakangnya. Setibanya di sana Sisil langsung duduk sambil menatap ruas jalan yang terlihat sangat ramai padahal arlojinya sebentar lagi menunjukkan pukul 10.

"Mau ngomong apa? Gue gak bisa lama-lama."

"Bentar anjing, gue aja belum duduk." Sisil hanya memutar bola matanya mendengar jawaban Pauli.

Pauli yang sudah duduk dengan nyaman terdengar berdehem beberapa kali sebelum berucap.

"Lo suka sama Yesa?" pertanyaan terburu-buru itu langsung membuat Sisil menoleh dengan cepat.

Tepat sekali, Pauli juga sedang menatap gadis itu seperti menuntut jawaban. "Penting banget gitu lo tau." jawab Sisil.

"Gue cuma mau mastiin, gue tau lo pernah deket sama Yesa." lagi dan lagi ucapan Pauli membuat Sisil kaget bukan main. Gadis di sampingnya sudah terlalu banyak membuang ucapan.

HealerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang