Sesuai jadwal tahunan sekolah mereka, hari ini adalah hari untuk melaksanakan festival sekolah di bawah pertanggung jawaban anggota OSIS.
Sedari tadi para anggota terlihat sibuk tak terkecuali Yesa yang baru saja datang bercucur keringat karena baru saja tiba setelah mengambil mic di gudang penyimpanan.
"La…sini dulu deh." panggilnya pada Ela yang terlihat sedang memegang puding di tangannya. Gadis itu dari tadi terlihat linglung tidak tau ingin berbuat apa.
"Kenapa pak ketos? Uangnya masih kurang?" tanyanya sambil menyendok puding tersebut masuk ke dalam mulutnya.
Yesa menggelengkan kepalanya. "Bukan itu, lo sendiri doang?" tanya Yesa yang di balas Ela dengan anggukan.
"Kenapa emang? Lo mau nemenin?" pertanyaan gadis itu seketika membuat Yesa kesal sendiri.
"Ngapain gue nemenin lo? Cowok lo kemana emang? Masa ceweknya di tinggalin sendirian di tempat rame kaya gini sih?" tanyanya beruntun.
Bibir Ela mulai mengerucut. "Jangan ngomong kaya gitu ya, Yuda itu lagi sibuk. Dia di curi sama Pak Jarwo, lagian Pak Jarwo orang lagi nikmatin festival eh dia masih sempat-sempatnya narik Yuda buat remedi sejarah." balasnya panjang lebar.
Yesa menghela nafas, tidak mengerti lagi dengan kelakuan orang-orang yang berada di sekitarnya.
"Terus Sisil mana? Dari tadi juga gue nyariin dia, soalnya kunci ruangan properti ada sama dia." ujarnya.
Ela mengendikkan bahunya. "Gue juga dari tadi nungguin dia, gue kira dia bakalan barengan sama Yuda. Tapi Yuda aja datengnya aja sendiri."
Mendengar ucapan Ela seketika perasaan Yesa menjadi tidak enak. Sisil bukanlah tipe gadis jam karet, apapun yang terjadi gadis itu tetap akan profesional. Dia tidak akan melibatkan masalah pribadinya dalam organisasi.
Jadi kecil kemungkinan Sisil tidak datang hanya karena permasalahan mereka semalam.
"Lo udah coba nge hubungin dia?"
"Eem, kayanya udah sampe 100 panggilan deh…tapi gak pernah di angkat." jawaban Ela makin membuat Yesa khawatir.
Pemuda itu mulai mengambil ponselnya untuk melihat grup OSIS. Semalam gadis itu masih nimbrung dalam percakapan mereka, perasaannya makin tidak enak.
"Yuda nginep di rumah Sisil gak?"
Ela menggeleng. "Semalam Yuda tidur di rumahnya, soalnya Harta demam semalaman." jawabnya.
Yesa mengangguk.
"Eh tapi Sa…" Yesa menoleh.
"Kata Sisil, Bang Candra pulang semalem…"