Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dengan segala rasa dongkol yang ada, Sisil berusaha untuk sabar berada di ruangan OSIS yang isinya orang-orang kurang waras. Gimana enggak? Sedari awal Sisil menginjakan kakinya di ruangan tersebut, selama itu pula mereka mengejek Sisil dengan sebutan calon bini pak ketos.
Dan lebih kesalnya lagi, bukannya menepis ejekan tersebut, Yesa justru hanya memberikan senyuman kalem sebagai balasan yang dimana membuat Sisil double-double kesal.
"Calon bin…"
"Lo ngomong kaya gitu lagi, gue cap mata lo!" tekan Sisil pada Keano.
Ela yang berada di samping gadis itu terkekeh geli mendengar ucapan Sisil. "Mending lo diem deh No, nanti di cap beneran mampus lo." ucap Ela memperingati.
Sisil hanya bisa memutar bola matanya malas dan mulai mengetik proposal yang baru saja dia susun bersama Yesa. "Lo juga kenapa diem aja sih?!"
Mendengar pertanyaan tiba-tiba dari Sisil membuat Yesa yang sedang fokus membaca laporan pertanggung jawaban Ela seketika menoleh sembari menaikan alis.
"Karena gak bener." jawabnya.
Sekarang gantian Sisil yang bingung. "Maksudnya?"
Yesa menghela nafas. "Kan gak bener lo calon bini gue, lagian gue udah punya orang yang gue suka kali." jawab Yesa begitu lugas.
Deg.
Entah kenapa mendengar jawaban gamblang Yesa sedikit membuat Sisil tidak nyaman. "Y-ya kan se enggaknya lo protes gitu, lo gak kesel apa di ceng-cengin kaya gitu?" ujar Sisil.
Yesa kembali menoleh. "Berapa kali sih gue ngomong kalau itu gak bener, buat apa kesal sama ejekan yang gak bener. Makanya lo juga mending diem, protesan lo itu makin ngebuat mereka makin gencar ngeledikin lo." ucapnya dan kembali sibuk dengan tugasnya.
Ucapan Yesa sukses membuat Sisil terkekeh sinis, gadis itu memilih diam dan menyibukkan dirinya dengan laptopnya. Sementara para anggota termasuk Ela yang mendengar ucapan Yesa memandang pemuda itu sedikit aneh.
Ela berdehem, gadis itu mulai beranjak dan mengambil tempat duduk di samping Yesa yang nampak bergeming menatap gadis itu bertanya.
"Yesa…lo beneran ngomong kaya gitu sama Sisil?"
Yesa mengangkat alisnya sebelah. "Lo denger sendiri kan?" jawabnya santai dan mulai menutup buku bendahara milik gadis di sampingnya sekarang tanpa memperdulikan sosok Sisil yang sudah pasti mendengar percakapan mereka.
"Gue kira uangnya bakalan kurang, ternyata kelebihan." ujarnya.
Ela tersenyum senang. "Kan udah gue ganti."
"Pake uang lo?" tanyanya.
Ela menggeleng. "Bukan. Tapi uangnya Yuda."
Mendengar ucapan Ela membuat Yesa memutar bola matanya malas. "Kasih tau sama Yuda, bucin ada batasnya."