"Jadi?"
Mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut Yuda membuat Sisil mulai menyembunyikan wajahnya di lengan Yesa yang ekspresinya udah gak tau kaya gimana.
Yuda mendengus. "Kenapa lo dateng malem-malem kesini plus dengan modelan kaya tadi? Pake nangis segala lagi." ujar Yuda.
Merasakan gerakan Sisil yang makin menyembunyikan wajahnya membuat Yesa menatap gadis itu lamat. "Lo modus ya anying?" tuduhnya.
No respon, karena sejatinya tubuh gadis itu bahkan bergetar takut di tambah tangan yang meremas kaos Yesa begitu kuat.
"Atau jangan-jangan lo yang buat Sisil nangis?" di tuduh demikian oleh Yuda membuat mata Yesa membulat protes.
"Enak aja ya lo malin kundang, lo mikir pake otak dong setan, jangan otaknya di jadiin properti doang...kalau gue yang buat Sisil nangis ya gak mungkin nih mak lampir mau ngedusel-dusel gini ke gue!" jawab Yesa ngegas.
Yuda memutar bola matanya malas. "Biasa aja kali."
"Gak ya, gak ya anjing...tuduhan lo ngundang gue buat gak biasa aja." ujarnya.
Tidak mengindahkan ucapan Yesa, Yuda kembali menatap ke arah Sisil yang ketahuan mengintip di balik lengan Yesa. Yuda sudah memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang membuat Sisil seperti sekarang.
Yuda punya banyak clue, tapi untuk membuat clue itu terbukti Yuda harus mendengar jawaban langsung dari Sisil sendiri.
"Lo kenapa sih Sil?"
Sisil masih diam, mau jawab juga dia udah terlanjur gugup karena terang-terangan meluk Yesa di depan Yuda.
"Jawab gak lo! Gue usir nih!" ancam Yuda.
Berhasil, ancaman Yuda langsung membuat Sisil melepaskan cengkeramannya dan mulai duduk tegak. Walaupun masih ada sisa tangis yang terdengar, Sisil berusaha untuk terlihat be aja.
Yesa turut menatap Sisil dengan tatapan bertanya-tanya. Sisil menoleh dan memasang wajah songongnya, Yesa langsung mendengus.
"Idih anjir, gak lagi gue khawatirin lo!" kan ngegas lagi.
Sisil terkekeh sebentar sebelum mulai menatap Yuda yang nampak kesal. "Bang Cakra..."
BRAKH...!!
Pukulan Yuda di lemari membuat dentuman keras yang kembali membuat tubuh Sisil gemetar ketakutan.
"Santai Yud, santai." ujar Yesa menenangkan.
Yuda mulai berdiri dan menyugar rambutnya kasar. Gigi bergelatuk menahan kesal. "Dia apain lo?"
Sisil menoleh takut-takut. "Sama ka-kaya waktu i-itu Yud." jawabnya terbata-bata.