candle light

1.5K 212 9
                                    

Sekarang Sisil berada di depan teras rumahnya, gadis itu tengah merenungi sesuatu yang sedikit membuat pikirannya kacau akhir-akhir ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sekarang Sisil berada di depan teras rumahnya, gadis itu tengah merenungi sesuatu yang sedikit membuat pikirannya kacau akhir-akhir ini.

Helaan nafas keluar, memberitahukan jika gadis berponi itu benar-benar lelah. Sisil menatap kediamannya tanpa minat, orang tua yang sudah bercerai dan membuat hak asuh Sisil jatuh kepada sosok biadap.

Ayahnya, Ayah Sisil bukanlah sosok yang baik untuknya, di tambah lagi Ayahnya menikah lagi dengan seorang wanita mantan pelacur yang dia pungut dari klub malam.

Dan akibat itu, Sisil kembali mendapatkan masalah baru beberapa tahun terakhir.

Kilat tiba-tiba menyambar, membuat Sisil tersentak seketika. Dengan segera gadis yang sedang memakai kaos hitam itu berjalan masuk dengan tergesa-gesa ke dalam rumahnya.

"Anjir mana cuma gue sendiri lagi," gumamnya sedikit takut melihat kilat yang makin menjadi-jadi di luar sana.

Sisil yakin bentar lagi bakalan hujan, Sisil meraih ponselnya dan mulai mengotak-atiknya, tangannya ingin menekan nomor Ela yang terpampang di sana.

Sisil menggeleng. "Nyusahin Ela mulu gue." ujarnya sebelum meletakkan ponsel mahal tersebut di atas lemari yang ada di ruang tamunya.

Gadis dengan poni tebal itu memutuskan untuk membuat kopi, itung-itung biar gak keliatan banget paniknya. "Kenapa mba Lisa harus izin pulang cepat sih, jadinya aku kesepian." ucap Sisil mendramatisir keadaannya sendiri.

Niatnya ingin berjalan sambil bersenandung menuju ruang nonton tapi...

Klik!

Sisil masih mencoba untuk mengerti dengan keadaannya sekarang, nafasnya mulai memburu ketika bunyi derasnya hujan terdengar jelas masuk ke dalam rungunya.

Matanya berkedip-kedip. "I-ini beneran?" tanyanya sedikit gemetar.

Tangannya yang sedang memegang secangkir kopi mulai terlihat bergoyang tidak jelas, Sisil menatap sekitar dan benar gelap.

Rumahnya mati lampu, ralat tapi kompleksnya.

Air mata seperti ingin keluar dari kedua pelupuk matanya. Tidak, Sisil gak takut sama yang namanya kilat atau mati lampu tapi beda lagi kalau kilat sama mati lampu di satuin...sumpah Sisil bakalan kayang saking paniknya.

Prang!

"AKHH! SUMPAH TUHAN SISIL TAKUT BANGET!!"

Teriakannya barusan membuat Sisil sadar.

Ponselnya, dia harus menemukan ponselnya se segera mungkin. Untuk itu, dengan modal insting Sisil mulai meraba-raba sekitarnya. Dia tahu kalau posisi dapur sama ruang tamu itu gak deket, tapi setidaknya usaha dulu.

Kilat yang semakin menyambar di tambah rintik hujan yang menabrak bagian atas rumahnya membuat Sisil makin ketakutan.

"Please deh jangan buat gue panik njing!" iya, emang gitu harus tetap menyempatkan diri untuk ngumpat.

HealerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang