Nagata Alycya Danurdra-17 tahun. Cya baru saja menamatkan sebuah Novel dengan judul Obsessive Lover, dimana novel tersebut sangat berbeda dengan kebanyakan novel yang pernah ia baca. Mulai dari tokoh protagonis cowok yang memiliki obsesi gila dan ti...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Seorang guru tewas terbakar didalam ruang kerjanya, polisi mengatakan ada korsleting aliran listrik dan membuat ruangan tersebut terbakar, begini kronolo—"
Kenan mematikan saluran televisi yang menayangkan berita tentang salah satu guru disekolah gadisnya yang tewas terbakar diruangannya sendiri. Pria itu mengalihkan pandangannya ke arah Cya yang masih belum sadar.
Saat ini Cya berada di ruangan VVIP rumah sakit, Kenan yang membawanya ke rumah sakit. Karena wajah Cya sangat pucat dan dingin, pria itu menghembuskan nafas panjang—setelah dokter mengatakan Cya dehidrasi dan maagnya kambuh.
"Kamu tidak boleh sakit, karena saya tidak menyukainya. Kecuali sakitnya dari saya," bibir Kenan tertarik, pria itu menggerakkan telunjuknya dari dahi turun ke hidung, lalu berhenti dibibir merah milik Cya.
Telunjuknya terus menari-nari dipermukaan bibir lembut yang masih sedikit pucat itu, pria itu menundukkan kepalanya dan berhenti saat mata abu-abu itu terbuka. Terlihat keterkejutan dari mata cantik itu, Kenan menarik sudut bibir.
"Kamu sudah sadar?" tanya pria itu dengan wajah tanpa ekspresinya.
Cya tak menjawabnya, gadis itu melihat keadaan sekitarnya. Ternyata ia berada di rumah sakit, Kenan menggeram marah—karena gadisnya tak menjawab pertanyaannya.
"Kenapa tidak menjawab pertanyaan saya?" Cya tersentak kaget, gadis itu sudah membuat Kenan marah.
"Lagian pertanyaan kak Ken udah terjawab, kalau gak sadar—ya gak kebuka nih mata," Cya mengatakannya dengan jantung yang berdetak tak karuan, takut sama Kenan.
"Saya hanya basa-basi, biar terlihat perhatian dimata kamu. Lain kali, tetap menjawab pertanyaan saya. Meskipun pertanyaannya tidak terlalu penting, atau kamu ingin mendapatkan hukuman dari saya?" Cya menggeleng cepat, tak mau dihukum.
Cup!
Cya tersentak kaget oleh kecupan Kenan pada bibirnya, pria itu tersenyum samar melihat ekspresi lucu dari gadisnya. Kenan menarik tubuhnya dan berjalan ke arah sofa, dokter sudah datang untuk melihat keadaan Cya yang baru sadar.
"Nona boleh pulang setelah infusnya habis, jangan telat makan dan jangan lupa minum air putih yang cukup," suara dokter menyadarkan Cya, gadis itu mengangguk.
Dokter dan suster keluar dari ruangan tersebut, menyisakan Cya yang hanya terdiam melamun dan Kenan yang menatap lurus wajah cantik gadisnya. Pria itu bangkit dan melangkah ke tempat Cya.
"Apa yang sedang kamu pikirkan?" Kenan duduk disampingnya, pria itu menahan pinggang Cya yang hendak menjauhinya.
"Jawab Nona!" tekannya, Cya menggeleng. Karena ia tidak bisa mengatakannya kepada Kenan, bisa-bisa pria itu semakin marah.
"Baiklah, saya tidak bisa memaksamu. Tetapi jangan berpikir kamu bisa pergi dari hidup saya. Karena itu tidak akan pernah terjadi, Nona." Tegas Kenan sebelum keluar dari ruangan Cya, pria itu ada urusan yang sangat mendesak. Sehingga ia tidak bisa menemani Cya yang sendirian.