Obsession-15

27.9K 2.4K 147
                                    

Udah double up

Jangan lupa follow akun wp author

"Bang Kenan lagi hubungin siapa? Kenapa wajahnya kayak marah?" bingung Kean saat melihat abangnya sedang menghubungi seseorang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Bang Kenan lagi hubungin siapa? Kenapa wajahnya kayak marah?" bingung Kean saat melihat abangnya sedang menghubungi seseorang.

Saat ini Kenan mengunjungi adiknya yang baru sadar dua hari yang lalu. Kedua orang tuanya yang menyuruh pria itu untuk menemani adiknya. Karena Kenan tidak akan peduli dengan keluarganya sendiri, kalau bukan paksaan dari mereka sendiri.

Entah karena terlalu lama tidak sadar, Kean merasa aura Kenan berbeda. Pemuda itu melihat percikan bahagia dari abangnya, mungkinkah Kenan memiliki kekasih? Sebab pria itu tidak akan sebahagia ini, kalau menang tendor yang besar.

Suara langkah kaki Kenan yang mendekat mengalihkan pemuda itu, Kean mengerutkan alisnya. "Lo kenapa nyeremin gitu?" tanya Kean saat melihat ekspresi marah abangnya.

"Ada kelinci kecil yang ingin membohongiku. Menurutmu hukuman apa yang pantas untuk kelinci kecil itu?" Kenan malah balik bertanya kepada adiknya.

"Gue tau sifat lo, jadi terserah lo mau ngapain. Buat dia menyesal dan gak berani bohongin lo lagi," jawaban Kean membuat pria itu menyeringai samar.

"Apa cara itu akan berhasil?" Kenan menaikkan sebelah alisnya.

"Tumben lo gak percaya diri?" bingung Kean yang merasa aneh dengan respon pria itu.

"Tidak ada, hanya ingin tau saja." Kenan mengedikkan bahunya, pria itu berjalan ke arah sofa untuk menyelesaikan pekerjaannya yang masih menumpuk.

Kean memainkan ponselnya dan membiarkan abangnya menyelesaikan pekerjaannya. Pemuda itu melihat sebuah notif dari Arka, dengan cepat Kean membukanya dan tak lama kemudian, urat lehernya terlihat.

"Bajingan itu buat cewek gue nangis?" desis Kean yang cukup keras, membuat Kenan berdecak dan manatap tajam adiknya.

"Kau menggangguku!" geraman Kenan dibalas dengusan oleh adiknya.

"Bang, gue bisa minta bantuan lo?" Kenan menyandarkan punggungnya di sofa, pria itu menghidupkan pematik dan membakar rokok yang ada disudut bibirnya.

"Apa?" tanya Kenan dengan menghembuskan asap rokoknya yang sangat banyak.

"Jagain cewek gue, cuma lo yang bisa jagain Cya sampai gue bisa pulang. Cewek gue diganggu orang dan Cya ketakutan. Gue gak mau Cya terluka atau trauma sama orang itu. Gue tau lo gak mau di repotin dan sifat lo bisa buat orang lain trauma. Tapi  cuma lo aja yang bisa bantu gue, tolong lindungi Cya," Kean masih belum bisa berjalan, karena kakinya mengalami patah tulang yang sangat serius. Sehingga ia hanya bisa duduk di hospital bed.

"Apa kamu yakin memberikan tanggung jawab itu kepada saya? Karena saya tidak menjamin dia baik-baik saja," ucapan Kenan membuat pemuda itu terdiam.

Obsession (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang