Terpanggil ke dunia lain tidak pernah terpikirkan oleh Alsa. Baginya hal tersebut hanyalah cerita fiksi semata. Namun, ia malah terbangun di padang bunga asing setelah semalaman berpesta dengan teman-teman kantor. Bertemu beberapa orang berjubah bir...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
♡♡♡
Cahaya lampu berwarna kuning ke jingga-an mengalahkan sinar rembulan. Suara-suara berisik langsung menyapa kala seorang gadis dan seorang pemuda menginjak tanah. Papan nama desa tertancap kokoh dengan tulisan yang tidak diketahui si gadis.
"Artinya selamat datang di desa Elnur," ucap si pemuda seakan mengetahui keingintahuan si gadis.
Kepala si gadis manggut-manggut mengerti. Aksara di papan cokelat gelap itu begitu ribet menurutnya. Ia yakin, butuh waktu setahun untuknya jika ingin menghapal aksara di dunia ini.
"Ayo masuk," ajak si pemuda.
Keduanya berjalan memasuki desa. Harum makanan dan kesibukan langsung menyapa si gadis dan si pemuda. Begitu meriah, khas festival sekali. Tidak berbeda jauh dari dunia adal si gadis bermata cokelat terang itu.
Perhatian si gadis terfokus pada deretan kue yang begitu harum. Dari baunya ia menduga isian kue itu adalah kacang. Ia menelan saliva tergiur untuk memakan kue yang terlihat lezat itu.
"Kau mau?" tanya si pemuda menyadari keinginan si gadis akan kue bewarna merah maroon pudar yang hangat. Asap masih menyembul. Sangat cocok dinikmati di malam hari dengan cuaca dingin.
Tanpa malu atau ragu si gadis mengangguk. Untuk apa berbohong dengan dalih menjaga image? Padahal kenyataannya dia memang mengingkan kue kacang itu.
Si pemuda mendekat ke stan kue itu terpajang. Tanpa berbicara-- hanya menujuk kue lalu jari membentuk huruf v-- ia membeli kue. Si penjual mengangguk sekali sambil memakai sarung tangan. Mengambil dua kue dan ia masukan ke kantong kertas cream. Menyerahkan kepada pelanggannya dan mendapat imbalan 4 koin perak sedang dari si pemuda.
Lagi, tanpa berbicara si pemuda menyerahkan kue yang baru saja ia beli ke si gadis.
"Untukku?" tanya si gadis memastikan.
Tebak. Pemuda itu menjawab dengan suara atau gerakan?
Yah, ia menjawab dengan gerakan kepala mengangguk sekali. Benar-benar irit berbicara.
"Terimakasih," ucap si gadis mengambil alih kantong kertas cream itu. Mengambil satu kue lalu menyerahkan sisanya kembali ke si pemuda.
"Kau juga makan, Re."
Re menatap sejenak kantong yang disodorkan gadis di depannya. "Aku tidak suka kacang. Keduanya untukmu saja," balas si pemuda.
"Serius? Kalau begitu terimakasih banyak." Senyum bahagia langsung menghiasi wajah manis si gadis. Jujur saja ia sangat lapar. Satu kue tidak akan bisa mengeyenagkan cacing cantik di perutnya.
Si gadis langsung melahap kue kacang itu. Rasanya sangat, sangat, sangat enak. Ini kue kacang terenak yang ia makan. Tekstur kacangnya lembut begitu juga lapisan yang membungkus kacang. Rasa manis sedikit asin dan gurih memuaskan indra perasa si gadis. Jika diilustrasikan, seperti ada kembang api yang meledak-ledak dari kepalanya.