Sesuatu yang dingin serta sedikit lengket menyapu beberapa kali wajah Alsa. Si gadis yang masih ingin lanjut tidur, perlahan membuka matanya. Ingin mengetahui asal usul rasa dingin dan lengket itu.
Mata cokelat terang milik Alsa melihat seekor hewan sedang menjilati pipinya. Bewarna putih bersih dengan gradasi biru laut di beberapa bagian. Sontak ia langsung bangkit dari tidur. Menatap heran hewan itu yang balik menatapnya.
"Kucing? Tapi kok telinganya panjang seperti kelinci?" Tangan Alsa mengangkat hewan itu. Melihat lebih jelas hewan apa yang memiliki warna unik itu.
Postur si hewan sangat mirip dengan kucing. Namun, telinganya panjang seperti kelinci. Di ujung kanan dan kiri telinga terdapat anting bulat berbahan besi putih berukuran kecil. Ekornya panjang-- mungkin sampai 30cm. Bola mata berwarna merah terang. Bulu bagian leher serta pergelangan kaki lebih lebat dari daerah lainnya. Terasa sangat lembut-- bahkan lebih lembut dari selimut bulu bermotif sapi milik Alsa.
"Nyaw~~" Si hewan bersuara kecil. Mata merahnya terus menatap Alsa dengan penuh binar.
"Kamu kucing? Yakan kucing. Tapi kok aneh gini? Kucing ras apa kamu?" Alsa mendekatkan wajahnya ke si mungkin kucing. Mengendus-endus hewan berbulu halus itu.
Harum. Sangat harum. Si mungkin kucing memiliki aroma yang lebih Wangi dari parfum mahal milik teman sekantor Alsa. Hanya saja ia tidak tahu persis aroma apa yang dimiliki hewan berbulu itu. Ada aroma lavender, citrus, vanila. Apa gabungan semua aroma itu?
"Kamu kenapa bisa nyasar ke kamar-- eh sebentar. Ini di mana?"
Alsa baru menyadari bahwa ia tidak berada di kamar kecil serta hangat miliknya. Didominasi warna biru pastel serta memiliki banyak pajangan poster dari flim. Ia sekarang berada di luar ruangan. Di depannya terdapat padang bunga yang membentang luas. Melebihi luas rumahnya. Di kanan dan kiri hanya ada pohon-pohon menjulang yang mungkin saja adalah hutan.
Si mungkin kucing melepaskan diri dari tangan Alsa. Berlari ke hamparan bunga di depan-- mengejar kupu-kupu bersayap lebar bewarna ungu gelap. Bermain-main dengan hewan kecil terbang itu.
"Apa aku mimpi?" Cubitan keras Alsa berikan pada pipinya. Sensasi sakit serta panas langsung ia rasakan.
"Aduh. Enggak mimpi. Apa aku masih mabuk? Kayaknya enggak deh. Ah, jangan-jangan aku mengalami gejala halusinasi paska mabuk? Enggak juga kayaknya."
Kembali Alsa melihat sekeliling. Tidak ada orang lain. Satu rumah saja juga tidak terlihat. Ini tempat yang sangat asing. Seingatnya daerah sekitar rumahnya tidak memiliki padang bunga seluas tempat ini. Jika ada sudah pasti akan terkenal. Menjadi tempat wisata bersama keluarga atau tempat kencan bersama kekasih.
"Aku nyasar, ya? Saking mabuknya sampai ke tempat ini. Tapi ini di manasih?"
Alsa mendekat ke padang bunga. Berjongkok untuk melihat bunga bewarna biru ber-gradasi ungu di depannya. Berkelopak kecil-kecil dengan harum yang belum pernah Alsa hirup. Ia juga tidak pernah melihat bunga itu.
Kemudian mata Alsa tertarik dengan bunga bewarna kuning keemasan yang berada sekitar tiga langka di depan. Berkelopak seukuran telapak tangannya. Bau sangat harum bahkan tercium dari jarak sekarang. Ketika hendak mendekati bunga tersebut, seseorang menarik lengan Alsa. Menjauhi daerah bunga-bunga.
"Jangan sentuh bunga itu dengan tangan kosong!" ucap orang itu dengan panik. Napasnya ngos-ngosan seperti habis berlari.
Sejenak Alsa mengamati orang yang menariknya. Rambut sebahu bewarna hijau lumut tanpa poni. Memakai jubah biru langit dengan pin berbentuk bunga matahari terletak di dada kiri. Matanya bewarna ungu gelap dengan alis bewarna senada mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet Because of the Light
FantasiTerpanggil ke dunia lain tidak pernah terpikirkan oleh Alsa. Baginya hal tersebut hanyalah cerita fiksi semata. Namun, ia malah terbangun di padang bunga asing setelah semalaman berpesta dengan teman-teman kantor. Bertemu beberapa orang berjubah bir...