Sudah hampir sebulan Derion dan Alsa tinggal bersama. Seperti dugaan awal, banyak gosip miring mendatangi diri Alsa. Pertanyaan demi pertanyaan tentang hubungan mereka terus berdatangan. Ais! Alsa ingin sekali menjahit mulut-mulut menyebalkan itu.Orang tua Alsa sudah pernah bertemu dengan Derion saat datang mengunjungi anak mereka tanpa mengabari lebih dulu. Terpaksa gadis itu berbohong dengan mengatakan bahwa Derion adalah pacarnya. Ia berniat mengenalkan sang pemuda bulan depan.
Tentu Derion senang mendengar perkataan Alsa tersebut-- walau hanya kebohongan. Orang tua Alsa percaya dan tidak bertanya lebih lanjut. Bagi mereka, privasi Alsa itu penting. Tidak perlu bertanya hal yang bisa menyudutkan anak mereka. Toh jika Alsa yakin dengan Derion, ia akan menceritakan tentang pemuda itu tanpa diminta nantinya.
"Apa kita pacaran aja?" tanya Derion teringat dengan kebohongan Alsa.
Alsa menghentikan tangannya yang sedang mengoleskan pewarna rambut ke rambut Derion. Menatap pemuda itu yang menatapnya balik.
"Tidak," jawab Alsa lalu kembali mewarnai rambut Derion.
Rambut Derion perlu diwarnai demi menghindari perhatiannya. Rambut abu-abu serta beberapa bagian bewarna merah, tentu bisa saja menarik perhatian. Apalagi wajahnya bisa dibilang tampan serta menarik. Jadi cukup wajah Derion saja yang menarik perhatian.
"Kenapa?" tanya Derion terdengar kecewa dengan jawaban Alsa tadi.
"Aku sedang tidak ingin berpacaran," jawab Alsa masih sibuk meletakkan pewarna rambut ke rambut Derion. Membungkus beberapa helai dengan kertas aluminium agar warna lebih meresap.
Karena baru sebulan saja, Rambut asli Derion mulai kembali terlihat. Padahal setahu Alsa mewarnai rambut bisa bertahan sampai tiga bulan. Apa cara yang ia pakai dulu salah?
Alsa pernah menyuruh Derion mewarnai rambut di salon saja. Namun, dengan tegas pemuda itu menolak. Katanya, tidak ada yang boleh memegang kepalanya selain Alsa dan orang tuanya.
"Kalau begitu kita menikah saja," ajak Derion.
Kembali, Alsa menghentikan gerakan tangannya. Kali ini ia menatap lebih dalam mata merah menyala Derion.
"Menikah bukan hal yang mudah, Der," ujar Alsa.
"Tentu saja. Karena kau tidak mau berpacaran, maka kita menikah saja. Aku memang sudah ingin melamarmu," ucap Derion.
"Der aku--"
"Kau suka padaku kan?" tanya Derion memotong ucapan Alsa.
Alsa tidak bisa menjawab apa-apa. Benar, ia menyukai Derion. Namun, perasaannya tidak sekuat itu untuk sampai ke jenjang pernikahan. Walau mereka sudah kenal dari kecil, tetapi ingatan masa kecilnya tentang Derion tidak ada.
Ah. Setiap hari selalu saja ada kejutan yang membuat kepala Alsa terasa berat.
"Kenapa tidak dijawab?" tagih Derion sambil tersenyum kecil. Seakan sudah mengetahui perasaan Alsa, sehingga ia berniat menjahili gadis itu.
"Kau menyukaiku kan?" tanya Derion ulang.
"Argh! Iya. Tapi--"
"Gemas sekali," ucap Derion lagi-lagi memotong ucapan Alsa sambil memeluk si gadis.
"Apa yang kau lakukan?"
"Memelukmu agar berubah pikiran dan langsung menyetujui untuk menikah denganku."
"Hei! Tidak semudah itu, Der." Alsa berusaha melepaskan pelukan sepihak Derion.
Derion semakin erat memeluk Alsa. "Aku tahu. Tapi ayo kita menikah saja."
Hening. Tidak ada balasan dari Alsa. Selama beberapa menit keduanya diam. Hanya terdengar suara detak jam yang seirama.
"Bulan depan," ucap Alsa hampir seperti berbisik.
"Apa? Kau bilang apa?" tanya Derion. Sebenarnya ia dapat mendengar jelas apa yang dikatakan Alsa. Hanya saja ia ingin Alsa dengan tegas mengatakan apa yang ingin ia katakan.
Decakan kecil lolos dari bibir Alsa. Ia mendorong tubuh Derion agar melepas pelukan sepihak itu. Tanpa menatap wajah sang pemuda-- menatap ke lantai-- ragu-ragu Alsa mulai berbicara.
"Aku katakan bulan depan. Kita menikah bulan depan saja," ucap Alsa dengan suara sedikit bergetar.
Kini wajah Alsa memerah seperti tomat segar. Ia tidak menyangka mengajak seseorang menikah.
Senyum lebar terbit di wajah Derion. Pemuda itu kembali memeluk Alsa. Menghunjami si gadis dengan ciuman di kepala.
"Terimakasih. Mari kita menikah dan hidup bahagia," ucap Derion tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya.
Alsa hanya bisa mengangguk saja. Ia masih malu mengajak seseorang menikah. Memilih menenggelamkan wajah di dada bidang Derion.
FIN
Halloo. Selamat malam. Cerita Meet Because of The Light selesai sampai di sini. Terimakasih buat semuanya yang sudah mampir serta memberikan dukungan kepada Kura. Peluk kalian onlen satu-satu.
Tentu cerita ini masih banyak kekurangan. Namun, Kura harap cerita sederhana ini bisa menghibur kamu. Kura mengharapkan kritik serta saran untuk memperbaiki cerita ini agar lebih baik lagi.
Sekali lagi terimakasih semuanya. Sungguh saya terharu dengan dukungan teman-teman online serta offline Kurs. Lovu u banyak-banyak buat semuanya <3
Sampai ketemu di cerita lain, kesempatan lain. Happy nice day and happy reading ♡♡♡
30 November 2022
![](https://img.wattpad.com/cover/322921326-288-k320800.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet Because of the Light
FantasíaTerpanggil ke dunia lain tidak pernah terpikirkan oleh Alsa. Baginya hal tersebut hanyalah cerita fiksi semata. Namun, ia malah terbangun di padang bunga asing setelah semalaman berpesta dengan teman-teman kantor. Bertemu beberapa orang berjubah bir...