Malam semakin larut. Angin semakin terasa dingin. Kesunyian menemani seorang pemuda bermata merah menyala yang tengah membaca dokumen-dokumen. Karena beberapa hari ini ia pergi dari mansion, mengakibatkan kertas-kertas menumpuk di atas meja kerjanya. Memenuhi setiap ruang di sana. Jika bisa, ingin ia membakar semua kertas tersebut.
Kegiatan pemuda itu terganggu sejenak karena mendengar ketukan pada pintu. Tanpa menoleh-- masih tetap lanjut membaca dokumen, lalu memberikan stampel untuk dokumen yang ia setujui-- pemuda itu menginstruksikan orang yang mengetuk pintu untuk masuk.
"Masuk."
Suara pintu terbuka terdengar jelas. Menjadi pemecah keheningan malam ini.
"Tuan. Ada yang ingin saya laporkan," ucap seorang pemuda berpakaian pelayan.
"Katakan," ucap si Tuan masih fokus pasa pekerjaannya.
"Kaum Werewolf yang dipimpin Tuan Sean hendak melakukan penyerangan pembuka terhadap kerajaan Candace dalam dua hari ke depan. Pusat penyerangan mereka adalah kastil tempat tinggal Nona Alsa," ucap si Pelayan yang sukses membuat gerakan membaca sang Tuan terhenti.
si Tuan meletakkan kertas yang sedang dibacanya. Menatap tajam sang pelayanan.
"Apa motif mereka melakukan hal tersebut?" tanya sang Tuan dengan suara dalam menahan marah.
"Ingin memberi peringatan kepada pihak lawan bahwa mereka akan kalah. Bahwa tidak ada harapan menang walau hanya sedikit," jawab sang pelayan memilih mengabaikan aura mengerikan sang Tuan yang perlahan mencuat.
"Sean sialan! Bukankah aku sudah mengatakan untuk tidak melakukan apa-apa sampai perang?"
"Qin," panggil sang Tuan. Seketika seseorang bertopeng putih polos hadir dari bayangan. Berdiri di sudut ruangan sebelah kiri.
"Sampaikan kepada Sean, jika dia tetap melakukan penyerangan, aku akan membunuh semua kaumnya," ucap sang Tuan.
"Baik, Tuan," balas Qin sambil menunduk sedikit.
Setelah mengatakan hal barusan, Qin pergi dalam sekejap. Menyisahkan sedikit asap abu-abu.
"Kai, batalkan semua jadwal pertemuanku besok. Kita akan pergi ke kastil tempat Alsa tinggal," perintah sang Tuan.
Kai tidak langsung menjawab. Sebenarnya ia ragu mengabarkan tentang penyerang Sean. Sudah menduga respon Tuan-nya akan seperti ini. Namun, jika tidak dikabarkan hal yang lebih buruk akan terjadi. Seperti ancakan sang Tuan tadi, dia akan membunuh semua kaum Sean. Hal itu akan benar-benar ia lakukan mengingat sifatnya yang kejam.
Membatalkan semua pertemuan besok dengan kata lain menunda pekerjaan sang Tuan kembali. Padahal pekerjaan yang sebelumnya belum selesai. Ah, jika bisa Kai ingin berganti Tuan saja.
"Jika menyangkut Alsa kau benar-benar tidak rasional, Derion," sindir Kai sambil menggeleng kepala pelan.
Tidak ada jawaban dari Derion. Ia tidak menyanggah sindiran barusan. Benar seperti kata Kai. Jika sudah menyangkut Alsa ia tidak bisa rasional.
"Alsa sudah datang ke dunia ini, aku tidak bisa membiarkan ia terluka. Jika bisa ingin aku menculiknya. Membawa ia ke mansionku. Hanya saja hal itu tidak bisa kulakukan. Energi Alsa menolak energi di tempat ini. Jika kubawa ia akan hancur perlahan." Nada suara Derion terdengar sendu bergitu juga dengan raut wajahnya.
"Aku mengerti. Energi putih dan hitam memang bertolak belakang. Alsa manusia langkah yang memiliki sepenuhnya energi putih," ucap Kai mengingat keterkejutannya saat Derion mengatakan bahwa Alsa pemilik penug energi putih.
Berbeda dengan orang-orang di kastil, Derion dapat melihat jelas aura energi Alsa. Bewarna putih bersih. Seseorang dengan aura bewarna putih bersih adalah orang yang dapat mengalahkan pemilik energi hitam. Termasuk dirinya. Karena itu saat Alsa tiba di dunia ini, terjadi guncangan energi di daerah kekuasaan Derion.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet Because of the Light
FantasyTerpanggil ke dunia lain tidak pernah terpikirkan oleh Alsa. Baginya hal tersebut hanyalah cerita fiksi semata. Namun, ia malah terbangun di padang bunga asing setelah semalaman berpesta dengan teman-teman kantor. Bertemu beberapa orang berjubah bir...