Terpanggil ke dunia lain tidak pernah terpikirkan oleh Alsa. Baginya hal tersebut hanyalah cerita fiksi semata. Namun, ia malah terbangun di padang bunga asing setelah semalaman berpesta dengan teman-teman kantor. Bertemu beberapa orang berjubah bir...
Berendam di air hangat setelah seharian beraktifitas memang paling nikmat. Aroma bunga lavender sebagai pelengkap berendam membuat badan semakin rileks. Ah, sejenak membuat melupakan hari yang berat. Melupakan masalah yang akan dihadapi keesokan hari.
Masih asik berendam, suara seseorang masuk ke dalam pemandian mengalihkan perhatian gadis bermata cokelat terang. Ia yang berendam sambil bersandar pada dinding kolam menoleh ke arah sumber suara. Melihat gadis lain yang kini ikut berendam.
"Ouh, Alsa?" seru gadis itu kala mata kuning telur dan hijau lumutnya menangkap sosok Alsa.
"Hi, Erena," sapa Alsa sambil mendekat ke arah Erena.
"Wah rasanya kita sudah lama enggak bertemu. Bagaimana, sudah bisa beradaptasi di sini?" tanya Erena antusias.
Sejujurnya Erena sangat ingin menjadi pendamping Alsa di dunia ini. Menjelaskan banyak hal yang tidak diketahui gadis itu tentang dunia ini. Namun, pekerjaannya sebagai peneliti artefak di menara yang terletak paling ujung dari daerah kastil, membuat ia tidak mempunyai waktu untuk menemani Alsa.
Erena sudah membuat permintaan kepada kepala pimpinan. Mengatakan bahwa Alsa lebih baik di dampingin seorang gadis ketimbang Ciel yang dingin. Namun, permintaanya ditolak dengan alasan bahwa ia tidak mampu membuat energi Alsa berkembang. Sebenarnya Erena tahu itu hanya alasan bohongan, tetapi ia tidak bisa berbuat apa-apa.
"Tidak, kurasa. Terlalu banyak orang yang menatapku remeh. Memberikan tatapan sinis terang-terangan. Bahkan tidak segan mengatai diriku. Jujur saja sampai sekarang aku masih belum mengerti kenapa aku bisa menjadi yang terpilih? Seperti kata Aria dan Cella, aku hanya memperlambat mereka. Hanya menjadi beban," jawab Alsa disertai helaan napas panjang. Ia menengadah menatap langit-langit pemandian yang penuh dengan kabut dari uap air kolam.
Tanpa Alsa duga Erena menarik dirinya. Membawa gadis itu ke dalam pelukan lembut. Rasanya menenangkan. Sudah lama Alsa tidak mendapatkan pelukan seperti ini. Ah, ia benar-benar ingin kembali ke dunia asalnya. Walau di saja ia harus banting tulang untuk menghidupkan diri, tetapi ia tidak perlu merasa rendah seperti di sini. Setidaknya ada orang tua serta sahabat yang akan selalu menjadi pendukung Alsa.
Ah, bagaimana kabar mereka di sana? Apa mereka sudah membuat laporan orang hilang, karena ia tidak kunjung menampakan diri lebih dari seminggu. Bagaimana kantornya? Apa pekerjaan mereka terhambat karena ketidak hadirannya? Projek yang sedang ia kerjakan apakah diambil alih?
Terlalu banyak yang Alsa pikirkan. Ia lelah. Sangat.
"Maaf, Alsa. Karena kegoisan dunia ini kau jadi menderita. Maafkan aku juga tidak bisa menemanimu. Kau hebat sudah bekerja keras sampai detik ini. Jika butuh teman berbagi cerita, datangi saja aku," ucap Erena sambil mengelus-elus lembut rambut cokelat Alsa.
Mendengar ucapan yang menenangkan seperti itu membuat mata Alsa memanas. Perlahan bulir-bulir bening mengalir dari kedua matanya. Ia menangis tanpa berniat meredam suara isak yang terdengar pilu.
Erena menepuk-nepuk pelan punggung Alsa. Membiarkan gadis itu menangis dalam pelukannya.
.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.