[Bismillah]
💦
"Darimana saja? Aku nyariin di parkiran nggak ada," omel Fanya yang sudah kebingungan mencari iparnya sejak tadi. Sedangkan sosok yang diomeli tersenyum lebar dan langsung menjelaskan apa yang terjadi."Maaf, Kak. Tadi aku bantuin Oma-Oma nyari tempat berteduh, kasian dia kepanasan." Jamila menjelaskan dengan mimik serius.
"Ya sudah, pulang yuk. Mas Haikal udah telpon dari tadi," ajak Fanya yang tidak langsung diangguki Jamila.
Mendengar nama masnya, wanita itu memilih untuk menggerutu dalam hati. Ia heran dengan sikap kakaknya yang tidak pernah mau menemani istrinya ke rumah sakit. Jamila tahu kalau Haikal phobia jarum suntik, apalagi kalau sudah mencium bau rumah sakit, dijamin kakaknya itu akan mual-mual melebihi orang hamil. Tapi bagaimanapun, seharusnya ia berusaha untuk melawan rasa takutnya. Apalagi di tengah kondisi istrinya yang hamil tua.
Gimana mau nemenin istrinya lahiran, kalau dia sendiri nggak berani ke rumah sakit? Heran Jamila menggelengkan kepalanya.
"Kamu oke, kan, Mil?"
Jamila mengangguk, pertanda ia baik-baik saja.
"Terus kenapa geleng-geleng? Kepalanya sakit?"
"Enggak, Kak," jawabnya cepat.
"Aku lagi mikir aja. Semoga jodohku nggak kayak Mas Haikal," sambungnya dengan suara kecil. Fanya yang sempat mendengar itu lantas tertawa kecil.
Meskipun Haikal adalah suami idaman semua orang, tapi itu tidak berlaku bagi Jamila. Kalau ia berkata seperti itu di depan kakaknya, pasti ia tidak akan mendapat hadiah photo card lagi.
"Udah, ah. Mikirnya nanti aja. Keburu diomelin Masmu nih," peringat Fanya lagi. Kali ini, wanita itu langsung mengiyakan.
***
"Eh, Jeng, tau nggak? Anaknya Bu Dini udah lamaran, lho," heboh emak-emak yang baru datang.
"Yang bener? Anaknya yang kemarin lulus sarjana itu? Siapa namanya? Ghena ya?" sahut wanita yang baru membayar sayuran.
"Iya."
"Kapan lamarannya?"
"Kemarin malam. Saya tau dari suami saya. Dia kan dosennya Ghena."
Beberapa wanita yang sudah menjadi ibu rumah tangga itu mengangguk bersamaan. Tak terkecuali bapak tukang sayur yang juga khusyuk mendengar berita dari ibu-ibu kompleks itu. Sesekali dia menjadi penengah jika pembicaraan mereka mengarah pada perbuatan ghibah. Karena mereka semua tahu, hukum dan dosa yang akan ditanggung bagi pelaku ghibah, tidak terkecuali bagi mereka yang hanya mendengar.
"Eh, itu Bu Dini!" tunjuk salah satunya.
"Kayaknya itu calon menantunya, deh." Atensi mereka terfokus pada sosok yang baru turun dari mobil bersama seorang pria dan wanita muda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cause I'm JAMILA [SELESAI] ✔️
Romance[RELIGI - ROMANCE] "Masih jomlo, Mil?" "Kapan nikah, cantik?" "Anaknya Bu Budi, lho, udah nyebar undangan. Kamu kapan?" Beragam pertanyaan yang menjurus pada desakan untuk menikah, sudah seperti sapaan wajib untuk Jamila setiap kali berkumpul dengan...