[Bismillah]
💦
Suasana pagi ini terasa sedikit panas, padahal terik matahari belum mencapai puluhan derajat Celsius. Bahkan, bisa dikatakan, cahaya terangnya tertutup sebagian oleh awan yang perlahan berarak menghiasi langit Bandung. Ternyata, hawa panas itu tercipta dari obrolan grup sebelah yang menyinggung namanya sejak tadi.Rupanya, pertemuan dia dengan teman SMP-nya sukses membuat sosoknya kembali diungkit. Jika mengenai prestasi, maka ia tidak keberatan. Namun ini menyangkut masalah pribadinya, masa depannya. Entah kenapa, orang lain sangat tertarik dengan kehidupannya saat ini yang masih memilih untuk sendiri.
"Heran deh, gue yang jomlo aja, diomongin dimana-mana. Lah, gimana kalau beneran punya pacar, ya?" gumam Jamila memilih menonaktifkan notifikasi chat di androidnya. Kalau sudah begini, pertanda ia ingin menjauhkan diri dari hingar bingar perkara yang membuat moodnya semakin buruk.
"Kenapa, Mil?" tanya Fanya yang sempat mendengar gumaman iparnya itu. Kini, mereka tengah berada di pusat perbelanjaan. Sebelum pulang, Fanya minta ditemani untuk membeli perlengkapan bayi.
Sosok yang ditanya menoleh sebentar, kemudian tersenyum. "Enggak ada, Kak. Cuma bosen ada liat chat di grup isinya rumpi semua," balasnya langsung membantu Fanya membawa beberapa barang.
"Udah semua, Kak?"
Fanya mengangguk, lalu memberikan dua paper bag yang ia bawa kepada gadis di depannya. Jamila tidak mau kakak iparnya kelelahan jika harus membawa semua barang-barang itu sendirian.
Selepas membayar semua belanjaan, dua wanita beda status itu mensejajarkan kaki menuju parkiran. Belum selesai memasukkan semua barang, panggilan dari seseorang membuat keduanya menoleh. Fokus mereka tertuju pada pasangan yang tidak asing di ingatan.
"Lho, Ghena?" Jamila menyapa terlebih dahulu.
Gadis yang dipanggil itu mempercepat langkahnya. Seakan tidak sabar untuk bertemu dengan sahabat lamanya. Sangking rindunya, kedua kaum hawa itu langsung berpelukan.
Sejak SD, Ghena sudah berteman dengan Jamila, bahkan sebelum rumah mereka bersebelahan. Keduanya juga melanjutkan sekolah di tempat yang sama, namun dengan jurusan yang berbeda. Dan akhirnya, mereka benar-benar berpisah ketika kuliah karena Jamila memilih berkuliah di Kota Pelajar, Yogyakarta. Sedang Ghena memilih ibukota sebagai tempatnya menuntut ilmu. Mereka hanya bertemu di saat lebaran saja. Selebihnya, hanya bersapa lewat jaringan.
"Kamu kapan pulang? Kok nggak pernah ke rumah?" tanya Ghena melepas pelukannya.
Jamila hanya cengengesan mendengar deretan pertanyaan itu. "Sebenarnya, selesai wisuda aku langsung pulang, Na. Tapi ya, gitu. Aku jarang keluar rumah, hehe," balasnya menampilkan barisan giginya yang putih.
"Orang sibuk emang beda, ya," sahut seseorang di belakang Ghena. Spontan, Jamila melongoskan kepala agar dapat melihat pemilik suara. Betapa terkejutnya ia tatkala melihat sosok yang langsung berdiri di samping Ghena.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cause I'm JAMILA [SELESAI] ✔️
Romance[RELIGI - ROMANCE] "Masih jomlo, Mil?" "Kapan nikah, cantik?" "Anaknya Bu Budi, lho, udah nyebar undangan. Kamu kapan?" Beragam pertanyaan yang menjurus pada desakan untuk menikah, sudah seperti sapaan wajib untuk Jamila setiap kali berkumpul dengan...