[Bismillah]
💦Kelopak matanya sedikit terbuka ketika mendengar bunyi surah Ar-Rahman dari handphonenya. Benda yang tergeletak di atas nakas berhasil diraih dengan sekali gerakan. Tangannya dengan cepat mematikan alarm tersebut, kemudian memaksa raganya untuk bangun.
Sebelum kakinya menyentuh lantai yang dingin, ia memilih untuk diam sebentar sembari mengumpulkan nyawa. Setelah kesadarannya benar-benar terkumpul sepenuhnya, ia baru beranjak ke kamar mandi untuk mencuci muka dan mengambil wudhu.
Dengan kesegaran air yang membasahi wajahnya, kantuk yang sempat menggantung di pelupuk mata perlahan hilang. Sebelum menggelar sajadah, ia sempat melirik jam dinding yang ada di kamar, lalu tersenyum. Baru jam setengah tiga. Artinya, ia berhasil mewujudkan niatnya untuk bangun sebelum azan Subuh.
Ketika balutan mukena sudah terpasang di seluruh tubuh, ia mulai mengangkat tangan dan mengucapkan takbir. Sholat malam itu ia mulai dengan sholat sunnah hajat dua rakaat, kemudian dilanjutkan dengan tahajjud empat rakaat, dan menjadikan witir sebagai penutupnya.
Begitu rangakaian ibadahnya selesai, tangan kanannya meraih tasbih di samping sajadah, dan mulai memutar butiran tasbih tersebut dengan berdzikir. Tiga putaran selesai, barulah ia mengangkat tangan untuk berdoa.
Doa pertama untuk orang tuanya, lalu keluarganya dan seluruh umat muslim. Kedua, doa untuk dirinya, hajatnya di dunia dan akhirat. Terakhir, ia tutup doa tersebut dengan menyebut sebuah nama. Nama yang pertama kali ia sebut dalam doa setelah sekian tahun.
"Ya Wadud, jika dia benar-benar jodoh hamba, takdir hamba, laki-laki yang telah Engkau pilih menjadi pendamping hidup hamba, maka jadikan dia yang pertama dan terakhir, untuk menemani perjalanan hamba menuju ridho dan surga-Mu ya Allah. Aamiin," pintanya tulus.
Untuk menguatkan keyakinannya, ia langsung bersujud dan mengulang doa itu, sampai ia tidak sadar jika air mata sudah membasahi tempat sujudnya.
***
Pagi-pagi sekali, Jamila sudah berkutat di dapur. Tidak seperti biasanya. Mungkin berkat bangun sebelum Subuh tadi, ia menjadi lebih rajin dan bisa membantu pekerjaan mamanya.
"Widih. Tumben banget ni orang nyempil di dapur. Biasanya masih hibernasi di kamar," cicit Haidar yang berjalan ke arahnya.
"Idih, tumben juga ni bocah nongol. Biasanya jam segini masih ngorok di kasur," balas Jamila tidak mau kalah.
Mau sedewasa apapun dia, kalau sudah bertemu Haidar, maka dia akan seperti anak SMA. Ada saja sesuatu yang mereka ributkan. Anehnya, setelah itu mereka akan saling menertawakan keributan yang mereka perbuat.
"Kok bener sih?" timpal laki-laki itu mengambil buah yang baru saja dicuci oleh kakaknya.
"Siapa dulu dong."
"Tapi serius, Kak. Tumben banget lho, Kak Mila di dapur jam segini. Mimpi apa semalam?"
Dengan tetap fokus pada sayuran di tangannya, Jamila terlihat seperti mengingat sesuatu. "Gue nggak mimpi apa-apa sih, Dar. Tapi sebelum tidur, gue dapet booster dari seseorang, makanya jadi semangat."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cause I'm JAMILA [SELESAI] ✔️
Romansa[RELIGI - ROMANCE] "Masih jomlo, Mil?" "Kapan nikah, cantik?" "Anaknya Bu Budi, lho, udah nyebar undangan. Kamu kapan?" Beragam pertanyaan yang menjurus pada desakan untuk menikah, sudah seperti sapaan wajib untuk Jamila setiap kali berkumpul dengan...