"Ketika lisan melantunkan Qobiltu, maka sejak itu aku sudah bersumpah untuk mencintaimu, sepanjang hidupku."
- Fakhrion Tsaqif Manggala -
......
"Aku sudah mengenalnya sejak lama, tapi baru bertemu dengannya sekarang. Masya Allah, cara dia memperlakukan perempuan dan menundukkan pandangan, membuatku semakin kagum. Tuhan, bolehkah aku mencintainya?"
Jamila selesai membaca translate dari kalimat yang sempat ia foto tadi dengan ekspresi yang sulit diartikan. Segala pertanyaan pun berputar memenuhi kepalanya. Karena begitu banyaknya, ia tidak mungkin menanyakannya. Jadilah ia menyimpulkan sendiri.
"Jadi Aysel suka sama Tsaqif?" gumamnya mengeluarkan napas panjang. Ia menghempaskan tubuhnya ke sandaran sofa, meliarkan pandangan ke langit-langit ruangan, lalu memejamkan mata. Lima menit merilekskan pikiran, ia pun bangkit dan berjalan ke kamarnya karena malam sudah hampir larut.
Sesampainya di sana, ia tidak menemukan suaminya di meja kerjanya. Jamila menyimpulkan jika laki-laki itu sedang di kamar mandi, didukung dengan suara keran yang menyala. Merasa tidak ada yang perlu dilakukan, ia melangkahkan kaki ke kasur, menyilangkan kedua kaki, dan kembali merenung di sana.
"Kok belum tidur?" tanya Tsaqif yang baru keluar dari kamar mandi.
"Belum ngantuk," jawab wanita berhijab hitam itu tanpa melihat lawan bicaranya.
Tsaqif mengangguk singkat, lalu merapikan laptop dan beberapa berkas yang ada di atas meja, kemudian berjalan ke tempat istrinya. Ia tahu kalau perempuannya sedang memikirkan sesuatu, terdengar dari nada bicaranya yang tidak biasa.
"Lagi ada yang dipikirin?" tanya Tsaqif yang sudah memasang posisi duduk yang sama dengan istrinya.
Wanita di sampingnya menggeleng cepat. "Enggak ada yang lagi dipikirin, Mas."
"Terus kenapa masih belum tidur, hm?"
Bukannya menjawab pertanyaan Tsaqif, Jamila malah merubah posisinya menjadi berhadapan dengan laki-laki itu. "Mas, aku mau nanya sesuatu."
"Mau bertanya apa?" balas Tsaqif sudah siap mendengar semua yang akan ditanyakan istrinya.
"Dulu, Mas pernah deket sama seorang perempuan nggak? Pas SMA atau apa, gitu?"
Tsaqif terlihat berpikir. "Seingat Mas, pernah. Tapi dalam batasan yang jelas, misalnya kerja kelompok, diskusi, dan sejenisnya."
"Yang lebih spesifik?"
"Maksudnya?" Tsaqif belum paham.
"Sampai menimbulkan rasa cinta, terus mau memiliki, pernah nggak?"
Tsaqif menggeleng.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cause I'm JAMILA [SELESAI] ✔️
Romansa[RELIGI - ROMANCE] "Masih jomlo, Mil?" "Kapan nikah, cantik?" "Anaknya Bu Budi, lho, udah nyebar undangan. Kamu kapan?" Beragam pertanyaan yang menjurus pada desakan untuk menikah, sudah seperti sapaan wajib untuk Jamila setiap kali berkumpul dengan...